𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟐

 

Aku berpikir bahwa rumah tanggaku sudah hancur dan akulah biang keladi kehancuran rumahtanggaku. Aku menjalani hidup dengan pasrah dan merasa masa depanku buram. Untunglah aku ditolong oleh dokter Hans. Terkadang aku berpikir dengan cara apa aku membalas kebaikan lelaki itu. Aku juga seringkali berkhayal dokter yang sudah beristeri itu jatuh hati padaku. Kemudian dia mengisi kekosongan hatiku. Tapi melihat sikapnya sepertinya dia melakukan kebaikan itu murni karena memang dia orang yang baik. Bukan karena mengharapkan agar aku kelak membalas budi baiknya. Tapi segala perhatian yang diberikan oleh dokter Hans sejujurnya membuat aku kagum padanya.

Sore hari saat aku baru selesai kerja masuk panggilan telepon dari nomor yang tidak aku kenal. Aku angkat dan aku kaget mendengar suara orang yang sangat aku kenal.

“Mah aku minta maaf..boleh aku bicara?”

Aku kaget dan terdiam beberapa saat. Ternyata Dani yang nelpon. Mau apa lagi dia setelah mengecewakan aku. Tapi aku tidak menutup telponnya.

“Kamu mau bicara apa ...?”
“Aku hanya minta maaf. Dan aku mau bilang bahwa aku menarik gugatanku.”
“Apa...?”
“Iya aku melakukan itu karena emosi. Aku kesal dengan Heri yang terus menghinaku. Tapi setelah aku pikir aku menyesal melakukannya makanya aku tarik gugatan itu.”

Aku hanya diam dan terus membiarkan dia bicara. Dia mengatakan bahwa saat sedang pesta miras itu Heri ngomong macam-macam. Intinya dia mengajak aku untuk kembali bersatu. Dia juga mengatakan bahwa tuntutan hukum kasus dia Cuma 6 bulan saja kemungkinannya. Karena dia hanya pemakai. Jadi tinggal dua bulan saja dia sudah akan bebas. Karena masa tahanan di polres tempat dia di tahan sudah berlangsung hampir 4 bulan.

“Hmmmm aku janji aku tidak akan mempermasalahkan hubungan kamu dengan Heri. Dia juga cuma akan kena tuntutan 6 bulan.”

Aku akhirnya memutuskan untuk memaafkan Dani. Karena aku rindu anakku. Aku juga sadar sepenuhnya bahwa yang paling bersalah dalam hal ini adalah aku. Dani juga memberitahuku bahwa kedua orangtuanya terlanjur membenciku karena saat Dani tertangkap dia beralasan pada mereka semua ini karena aku. Dia jadi terjerumus narkoba karena perselingkuhanku. Tapi dia berjanji akan berusaha membujuk kedua mertuaku itu untuk memaafkan aku. Tapi dia minta agar aku bersabar dan menunggu dia keluar dari tahanan. Karena kedua mertuaku itu tetap membenci aku hingga saat ini.

Sejak mendengar pengakuan Dani dari telepon dan permintaan maafnya aku kembali merasa punya semangat untuk hidup. Yang paling aku rindukan adalah kembali berkumpul bersama anakku.

Jumat pagi aku mendapat kabar akan di ajak oleh dokter Hans ke sebuah desa di sebuah kabupaten di Jawa barat. Dia dan rekan-rekannya dari sebuah yayasan akan mengadakan kegiatan pengobatan gratis untuk penduduk setempat. Acara itu akan dilaksanakan sabtu besok. Jadi rencananya sore ini aku dan dokter Hans sudah harus berangkat.

Jumat sore kami berangkat dengan beberapa mobil. Aku semobil dengan dokter Hans. Selama perjalanan aku dan dokter Hans sering terlibat pembicaraan yang cukup akrab. Sesekali karena kantuk aku beberapa kali tanpa sadar menyandarkan tubuhku di bahu dokter Hans. Lelaki itu merelakan bahunya di sandari olehku, meskipun kami bukan pasangan kekasih saat itu dokter Hans sempat memeluk tubuhku yang terlihat kecapaian selama perjalanan dengan mobil jenis Hatchback yang dikemudiakn oleh sopir pribadi dokter Hans.

Aku dapat melihat raut wajah tampan dokter Hans dari dekat. Kulit wajahnya yang putih dan di pipinya ditumbuhi rambut rambut halus. Juga tangannya yang kekar terlihat ada rambut halus yang cukup serasi dengan kulitnya yang putih. Aku tak mau melakukan hal yang nantinya akan menyebabkan hubungannya dengan dokter Hans terganggu. Sebagai manusia biasa aku merasa tergoda, namun aku tak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan saat itu. Hingga beberapa lama kemudian aku terlelap dan kemudian terbangun. Aku tersadar saat telah rebah di bahu dokter Hans.

“Oh maaf ya dok..”
“Gapapa Lis... kamu tidur aja lagi.”

Tak terasa mobil yang kami tumpangi sampai juga di tempat tujuan jam 8 malam. Akupun bergegas turun bersama dokter Hans dan orang-orang dari yayasan. Meski baru tiba aku dan dokter Hans memilih untuk berjalan-jalan di pulau yang indah ini setelah makan malam. Padahal sebagian rombongan lebih memilih untuk tidur. Aku terlibat obrolan dengan dokter Hans. Sosoknya yang simpatik dan perhatian itu mampu membuatku melupakan permasalah yang menerpakku.

Bersama dokter Hans aku menyusuri pantai, sekedar menghabiskan waktu malam menikmati tempat tempat yang indah di kampung yang terletak di sebelah selatan provinsi Jawa Barat. Aku semakin merasakan perhatian dokter Hans kepadaku amat tulus. Kini aku menemukan teman bicara dan curhat yang mampu membuat hatiku senang. Tanpa menghiraukan statusku yang sudah bersuami dan dan statusnya juga yang terikat dengan sesorang isteri. Dokter Hans menerima saja genggaman tanganku saat menyusuri pantai.

Entah mengapa dokter Hans bahkan berani memeluk tubuhku. Seolah dia tak mau aku terlalu larut akan masalahku. Di keremangan cahaya pantai yang indah itu, dengan tanpa di ucapkan dan diminta dokter Hans memberanikan diri mencium pipiku. Perbuatannya itu membuatku gelagapan namun tanpa diminta persetujuanku, lelaki itu mendekatkab bibirnya kearah bibirku dan mengulumnya beberapa saat. Aku sedikit terkejut tak menduga dokter Hans akan melakukan sampai sejauh itu terhadapku. Tapi dokter Hans berhasil mengulum bibirku meski tidak terlalu lama.

Aku sebenarnya berharap lebih tapi dokter Hans tidak melanjutkannya kearah yang lebih. Dengan perasaan bercampur baur,kami berjalan pulang dari pantai itu tanpa ada kata yang terucap. Malam itu dokter Hans mengantarku sampai di pintu kamar tempat aku menginap di pulau ini dan ia pun minta diri. Sepeninggal lelaki itu aku termangu dikamarku.Terbayang di benakku kejadian barusan bersama dokter Hans. Ia merenung apa dokter Hans punya hasrat padaku. Tapi kenapa Cuma sampai cium bibir saja. Padahal aku jujur ingin lebih dari itu. Dan aku sadar bahwa sudah lebih dari 4 bulan aku tidak merasakan lagi sentuhan lelaki. Menjelang tidur aku tak menemukan jawabannya.

Paginya aku bangun dan melihat dokter Hans dari kejauhan. Terlihat ia amat tampan dan membuat aku makin kagum. Kampung ini tampak mulai ramai oleh ibu-ibu, anak-anak dan sedikit bapak-bapak yang akan ikut pengobatan gratis. Kegiatan berlangsung sampai siang hari. Selesai acara kami istirahat dan aku tertidur baru bangun ketika waktu sudah malam. Kami baru akan pulang esok hari.

Kami kembali berjalan menikmati pemandangan alam di pulau ini setelah santap malam yang disajikan oleh warga. Suasana pulau ini sangat alami. Aku dan dokter Hans duduk di atas batang pohon di tepi pantai. Ini malam kedua kami merasakan suasana malam yang cukup asik. Sambil berbincang kami membicarakan mengenai keluarga masing masing. Dari pembicaraan itu aku jadi tahu bahwa Dokter Hans yang berasal dari daerah kalimantan barat. Dia anak yatim piatu dan tak mengenal kedua orang tuanya. Namun dia diasuh oleh yayasan pant asuhan yang dikelola gereja dan disekolahkan oleh pihak yayasan itu. Terlihat raut wajah Dokter Hans yang bersedih saat mengungkap jati dirinya. Akupun memberi semangat agar Dokter Hans bisa berbangga sebab masih bisa mengenyam pendidikan sampai ia tamat dan jadi seorang dokter yang berhasil. Dibandingkan dengan aku yang hanya bisa jadi seorang ibu rumah tangga biasa. Hingga malam pun makin larut dan perbincangan kami sudah mulai melantur kemana mana.

Dokter Hans lalu memberikan sweater yang dipakainya padaku karena dia lihat aku mulai kedinginan. Dengan dibantu Dokter Hans, aku mengenakan sweater itu. Lumayan, sweater itu bisa membuatnya tak kedinginan lagi. Sambil menyilangkan kedua tanganku didada aku masih melayani obrolan Dokter Hans yang kini duduk disampingku. Perbincangan kami kini sudah sampai pada perbincangan mengenai laki laki dan wanita. Dalam keremangan itu Dokter Hans melingkarkan tangannya ke bahuku. Dia tak sampai hati melihatku kedinginan saat itu. Aku membiarkan saja sikap Dokter Hans itu. Malah akupun merebahkan kepalaku di dada bidang Dokter Hans.

Sambil rebahan didada Dokter Hans, aku seakan menemukan kehangatan yang sudah sekian bulan tak aku dapatkan. Dengan sikap hati hati Dokter Hans pun berusaha membelai kepalaku yang tertutup jilbab seperti sepasang kekasih. Tanpa sadar akupun mengungkapkan ganjalan hatiku tentang hubunganku dengan suamiku. Dokter Hans pun mendengar penuturanku dengan penuh perhatian dan bertindak sebagai pendengar yang baik. Tanpa melepaskan pelukanku dari tubuh Dokter Hans akupun semakin merapatkan tubuhku. Aku merasa damai mendapat kehangatan dari Dokter Hans. Perlahan Dokter Hans melepaskan jilbab di kepalaku sehingga rambut hitam sebahu dan harum itu kini telah lepas. Dokter Hans terpana melihat aku tanpa jilbab. Mungkin dia melihatku semakin cantik saat rambutku tergerai. Kini kami sangat intim dan tak lagi memandang perbedaan diantara kami.

Masih dalam pelukannya, Dokter Hans pun kini berusaha meraih wajahku yang saat itu amat pasrah kepadanya. Tak sulit bagi Dokter Hans lalu dikulumnya bibirku yang mungil namun ranum itu. Kini kedua bibir kami saling mengulum. Aku merasakan gejolak birahi yang mulai menyerangku saat ini. Ciuman yang dihantarkan Dokter Hans di bibirku seolah mampu membuat Aku terbang. Ini kedua kalinya bibir tipisnya dikulum Dokter Hans. Namun saat inilah Aku dapat dengan penuh menerimanya. Tak membutuhkan waktu lama memang Aku akhirnya malah menyambut dan balas mengulum lidah yang di mainkan Dokter Hans. Aku seolah menemukan oase yang lama tidak aku dapatkan. Cukup lama jilatan dan kuluman itu terjadi hingga tanpa kami sadari mampu menggiring nafsu kami untuk meningkat kearah selanjutnya. Dalam pelukan dan saling mengulum itu,tan gan Dokter Hans dengan lincah berusaha memasuki sweater dan busanaku.

“Dok jangan disini...”
“Oh iya ...kita pergi ke kamarku.”

Kamipun segera kembali ke tempat kami menginap. Dokter Hans menarikku ke kamarnya. Sampai di sana kami kembali saling berpelukan dan entah apa yang aku pikirkan karena sejak saat itu juga aku menengadah dan memejamkan mataku dengan cepat dokter Hans menciumku, dan akupun melingkarkan tanganku pada lehernya hingga dia yang bertubuh jangkung dan besar juga menunduk ketika melumat bibirku.

Lama kami bermain lidah saling menjulur-julurkan, dan mengecup bibirku juga. Hingga akhirnya tangan dokter Hans aku lihat membuka bajuku satu persatu, meskipun awal melakukan cerita perselingkuhan tapi aku melakukannya bagai sudah terbiasa. Ketika bajuku sudah terlepas semua kini aku sudah telanjang berdiri di depannya. Sungguh aku di buat klepek-klepek ketika sentuhan tangannya meraba seluruh tubuh mulusku.

Dengan menganngkat tubuhku dan membawaku kedalam kamarnya yang begitu luas, sambil memandangiku penuh nafsu. Kini dia membuka bajunya sendiri, setelah selesai aku lihat kontolnya yang besar belum berdiri sempurna dan tidak di khitan. Tapi dengan lahapnya aku lumat kontol itu kedalam mulutku yang saat itu duduk di pinggir tempat tidut sedangkan dokter Hans masih dalam posisi berdiri.

Sambil membelai-belai rambutku dia bilang “Oogghhh…Lisna…dari awal aku tertarik sama …kamu…” Sebentar aku berhenti melumat kontolnya dan melihat kearahnya diapun menunduk dan melumat bibirku, dan kembali aku mengulum kontolnya sambil mengocoknya hingga kontol itu benar-benar tegang sekarang. Kepala kontolnya yang tadi setengah tertutup kulup kini keluar semua karena telah ereksi sempurna. Kontol itu jauh lebih besar dari milik Dani bahkan masih lebih besar dari milik Heri sekalipun. Aroma kontol dokter Hans membuat aku makin bernafsu.

Dengan inisiatifku aku kecup ujungnya. Kupermainkan lubang kencingnya dengan lidahku kemudian dengan gemas kembali aku mengulumnya, kali ini aku hisap sehingga dokter Hans mendesah panjang “Ooouuuuggghhh……oooouuuugggghhh…..oooouuugghh… …” Mendengar hal itu semakin cepat aku menghisp dan sesekali mengocoknya.

Mungkin karena sudah tidak kuat menahan nikmat yang menjalar, akhirnya dokter Hans menyuruhku untuk terlentang dan diapun merangkak menindih tubuhku. Aku begitu menikmati memeluk tubuh kekar dokter Hans, saat aku tersenyum dokter Hans menghentikan aksinya

“Kenapa sayang..?” Katanya di atas tubuhku.
”Heeeemm…aku…su..ka ..peluk tubuh dok..” Dia tersenyum.

Sepertinya dia mengerti maksudku, dan melanjutkan aksi persetubuhan kami. Dengan sangat hati-hati dia memasukkan kontolnya, betapa nikmat rasanya ketika kontol itu sudah menyelinap kedalam memekku. Mataku terbeliak karena kini aku merasakan kalau kontol yang lebih besar dari selingkuhanku Heri. Ini serasa memenuhi setiap rongga memekku, semakin erat aku memeluk tubuh dokter Hans.

“Arghhhhh ....”

Aku mendapat orgasme pertamaku. Setelah memberiku sejenak kesempatan dokter Hans kembali sudah menggoyang tubuhku. Akupun melonggarkan pelukanku, betapa dokter Hans dapat memberi kepuasan padaku. Karena hentakannya semakin cepat dan keras akupun mendesah tanpa malu lagi .

” Aaaagghhh….aaagghhhh….aaaaggghhh….Enak….dok ahhhh….te…rus…yang ..ke…ras…sa..yang…” Akupun memutar-mutar pantatku dari bawah agar menambah sensasi kenyut yang beda pada kontol dokter Hans.

Dengan menarik kakiku buat di angkat kepundaknya kemudian kembali dia menggoyang. Membuat aku kegelinjangan saking nikmatnya merasakan ini. .

” Te…rus..Dok…aaagghhh….aaaagghhh…nik……mat….sa….yang….arghhhhh.”

Aku orgasme untuk kedua kalinya. Tanganku mencakar-cakar punggungnya, yang sudah licin oleh keringat. Tapi tenaga dokter Hans masih kut juga karena beberapa ganti posisi dia tetap keras menggoyang.

Sampai akhirnya kembali aku berada di bawahnya, aku tak ingat lagi sudah berapakali mengalami orgasme karena sudah hampir satu jam permainan kami akhirnya dokter Hans terasa kejang dan menekan kontolnya pada memekku saat itu juga dia.

“Aaaaaagghhh…..aaaaggghh…aku…mauuuu ke..luar ..sayang..”
“ Semprotin di dadaku saja dok....”

Dengan cepat dokter Hans mencabut kontolnya. Aku mengocok memekku dengan cepat sembari menantikan semprotan di payudaraku. Memekku memuncratkan cairan yang sangat banyak dan deras.

“crot...crot...crot....!”

Air mani hangat menerpa payudaraku. Aku puas sekali. Setelah itu kami saling berpelukan di atas tempat tidur, tubuh kami saling berhadapan dan dengan mesra aku cium tngan dokter Hans yang kini menatapku dengan senyum mengembang di wajahnya.

Bersambung

ليست هناك تعليقات for "𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟐"