𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟖
Selama beberapa saat aku menemani Heri minum. Meski beberapa kali Heri membujuk aku untuk ikut minum namun aku menolak. Karena aku selain tidak suka bau minuman juga aku tidak ingin mengalami yang namanya mabuk. Aku merasa bahwa mabuk itu tidak ada enaknya sama sekali. Apalagi sampai muntah-muntah dan kehilangan kesadaran seperti yang pernah dialami Dani suamiku saat pesta tahun baru dan juga acara ultah anak pak Iwan beberapa bulan lalu. Dia mabuk berat sampai muntah-muntah terus kepayahan sampai tidak bisa jalan dan akhirnya pulang ke rumah dengan di antar oleh Heri. Saat itu aku belum dekat dengan Heri. Ingat hal itu membuat aku tidak berminta untuk ikutan minum.
Setelah menghabiskan minumannya kembali Heri mengajakku untuk ngentot yang kesekian kalinya. Kontol tak disunat Heri yang sangat aku sukai itu kembali memompa memek wanita berjilbab yang dikenal alim ini.
"Oh nikmatnya ...oh..oh ..owh ... enak...!"
"rasain kontolku memek alim ...plok-plok plok..!”
"iya terus...terus...owh akh aku isteri yang sholehahhhh arhhhh...entot terus dengan kontol kamu...owh nikmat ..arghhhhhh...!”
"rasakan nih memek alim...ini kontol perkasa pemakan babi... plok plok plok."
Aku benar-benar kesetanan dan hampir lupa bahwa di kamar sebelah ada suamiku yang tertidur pulas. Tapi aku tidak perduli, aku sangat menikmati genjotan kontol lelaki selingkuhanku. Pompaan dalam berbagai posisi dari Heri dengan kontol perkasanya membuat aku merasa semakin dekat dengan orgasmeku. memekku makin basah. Aku meracau dengan semakin gila. Kata-kata kotor keluar dari mulutku yang biasanya mengeluarkan kata-kata sopan.
Makin dekat makin terasa nikmat. Aku tinggal menunggu sesuatu yang akan meledak dalam diriku. Aku bergoyang dengan liarnya.
"Owh kontol enak Heriiiiiiii...arhk...heh... ahk..arghhhhhh...!
Akhirnya ... aku teriak,
“Aku mauu keluar Her…”. Dia menyodok dengan lebih keras lagi sampai-sampai aku rasakan kontolnya menyentuh dasar dari liang memekku saking panjangnya, dia makin bernafsu mendengar lenguhanku.
“Ahh… truss Her…”.
sampe akhirnya,
" Aku... keelluuaarr… Her… akhh…”
Memekku menyemburkan cairannya menerpa kontol besar Heri yang masih menancap di sana. Kekasih tercintaku itu mencabut kontolnya sehingga cairan cintaku meluber keluar bersamaan dengan dicabutnya kontol besar itu. Aku langsung menelungkup ke ranjang, Heri tetap dalam posisi berjongkok di depan selangkanganku sambil mengocok kontolnya.
Setelah badai orgasmeku mereda, Heri memposisikan tubuhku sehingga menungging membelakanginya. Tidak berapa lama dia kembali menancapkan kontolnya yang masih keras dalam posisi itu.
“Argghhhhh...” Jeritku.
Kontol itu masuk secara perlahan karena begitu besarnya terjepit memekku dalam posisi nungging. Terasa penuh dan sangat nikmat. Membuatku serasa melayang. Rasa nikmatnya begitu hebat apalagi ketika Heri mulai memaju mundurkan kontolnya dengan ganas.
Kontol besar itu begitu memabukan dan membuat aku seakan melayang. Hentakan kontol besar dalam posisi doggie style ini begitu dahsyat rasanya. Aku merasa orgasmeku kembali akan datang. Kontol itu terus memompa dengan kuat. Kembali seperti ada yang akan meledak dalam tubuhku. Akhirnya tanggul ku bobol juga.
“Aaaahhhhhhhhhhhhhh..ahhhhhhhhhhhhh Her...” jeritan kenikmatanku itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari memekku. Aku kembali mengalami puncak orgasme dengan begitu dahsyat.
Tapi Heri masih juga belum terlihat akan mencapai puncak. Dia memberi kesempatan kepada ku untuk menikmati klimaks yang barusan aku dapat. Akhirnya badan ku mulai mengendur. Tanganku membelai lembut kapalanya. Bibirku mencari bibirnya untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.
“Her …. Aku sungguh nikmat …. kamu jago deh … kamu belum keluar ya?”
“Jangan pikirkan aku sayang …. yang penting kamu bisa menikmati kepuasan.”
Kemudian dimiringkanlah tubuhku dan kembali dengan lembut dia mulai memasukkan kontolnya dalam posisi itu. Memekku kembali merasakan kenikmatan kontol besar itu. Selama beberapa saat dia terus memompa lambat-lambat. Kami bersetubuh sampai jam empat pagi. Setelah itu itu aku berbaring-baring sampai terdengar adzan subuh. Aku segera mandi wajib dan menunaikan kewajibanku melakukan ibadah.
Aku meminta Heri untuk tetap tinggal di kamar sampai suamiku pergi ke kantor. Saat suamiku hendak pergi ke kantor aku memintanya untuk menitipkan Nesa ke rumah neneknya. Soalnya aku bilang kurang enak badan gak bisa tidur semalaman. Jadi aku memilih untuk istirahat dan tidur. Aku dan Heri tidur bersama dari pagi sampai siang sambil berpelukan. Saat bangun kulihat sudah hampir jam 1 siang. Aku segera mandi dan kemudian segera menyiapkan makan siang. Saat lewat kamar tamu kulihat di kamar Heri sudah tidak ada. Segera kuperiksa Ponselku dan ada pesan dari Heri bahwa dia sudah pulang ke rumahnya.
***
Beberapa hari setelah itu Heri tidak punya kesempatan untuk bertemu denganku. Karena seperti aku bilang sebelumnya bahwa Heri semakin sulit untuk bisa keluar kantor di waktu jam kerja. Tapi dia masih sering menghubungiku melalui ponsel. Aku yang tergila-gila dengan Heri tentu saja menjadi merasa ketagihan dan berharap ada lagi kesempatan untuk kembali memacu birahi bersamanya. Tapi karena kesibukannya dia belum sempat untuk menemuiku.
Aku selalu sabar menantikannya. Sementara hubunganku dengan suami semakin membosankan. Apalagi soal sex aku sudah tidak memiliki perasaan nikmat sama sekali kalau melayani Dani. Aku melakukannya semata karena kewajiban. Aku tak tahu apa Heri merasakan perubahan alat kelaminku yang telah kemasukan kontol besar Heri. Apa dia merasa memekku makin longgar atau tidak. Dani tampaknya tidak menyadari hal itu.
“Mah kamu tahukan aku naik pangkat. Nah teman-teman dekatku di kantor minta aku bikin acara minum-minum di rumah ini. Boleh gak?”
“Gimana ya?”
“Daripada minum di tempat lain dan pulang teler mending di rumah aja ya mah?”
“Hmmmmm... gak tahu pah.. terserah deh.”
“Ih mamah kayak gak rela gitu.”
“Soalnya mamah gak enak ama tetangga. Masak mamah wanita berjilbab dan rajin ikut pengajian tapi rumahnya bikin acara minum-minum.”
“Loh tapi kan tetangga mana tau kita ada acara minum-minum mah. Lagian Cuma berapa teman yang datang. Pak Rido, Pak Iwan, Pak Heri dan Pak Misran. Itu saja gak bakalan ribut mah.”
Mendengar nama Heri disebut dadaku langsung bergetar. Aku melunak dan membiarkan saja suamiku bikin acara minum-minum di rumah.
“Terus kapan acaranya pah?”
“Malam minggu ini mah.”
“Oke deh pah yang penting gak ribut pah.”
Sudah menjadi kebiasaan kantor suamiku kalau ada yang naik pangkat selalu bikin sukuran. Tapi kali ini suamiku sukurannya malah mau bikin acara pesta miras. Awal nikah aku tahunya suamiku tidak doyan mabuk-mabukan. Tapi setelah beberapa tahun nikah dia mulai kenal minuman karena teman-teman kantornya yang disebut oleh suamiku tadi. Biasanya teman suamiku kalau ada acara di rumah mau acara apa saja kadang disisipi pesta miras. Seperti bebeapa bulan lalu acara ulang tahun anak dari pak Iwan. Aku dan suamiku datang bersama Nesa. Acaranya sore banyak anak-anak hadir di temani orang tua mereka. Pas acara ulang tahun selesai undangan sudah pada pulang teman-teman kantor pak Iwan yang doyan miras melanjutkan acara. Kami para isteri dari suami-suami dotan mabuk itu menunggu mereka sambil ngerumpi dalam rumah. Mereka para suami pesta mirasnya di halaman. Suamiku Dani minum sampai mabuk untuk menghormati tuan tumah yang mengundang. Aku sering kesal dengan tingkah laku Dani dan teman-temannya. PNS kok doyan miras. Tapi kali ini justru Dani yang akan mengundang temannya mengadakan pesta miras di rumah kami. Aku mulanya keberatan tapi mengingat Heri akan ikut datang aku jadi menerima dan mendukung acara suamiku itu.
Hari yang dinanti suamiku tiba. Malam minggu teman-teman suamiku datang termasuk Heri. Aku menyambut mereka yang datang tanpa pasangannya. Karena ini acara murni pesta miras jadi mereka tidak mengajak isteri-isteri mereka. Beda dengan acara lain yang disisipi dengan miras yang sering membawa isteri masing-masing. Mereka melangsungkan acara mabuknya di teras depan rumah. Aku bersama Nesa duduk sambil nonton TV di ruang keluarga. Sambil sesekali melirik ke Heri tak terasa Nesa tertidur dan aku gendong ke kamar tidur.
Sekitar jam 10 malam teman-teman Dani sudah mulai pulang. Tapi Heri masih bertahan dengan pak Rido. Aku tahu bahwa Heri memang jago minum. Meski sudah bergelas-gelas yang dia teguk dia belum akan mabuk. Tapi Dani suamiku baru beberapa gelas sudah teler. Aku yakin sekarang dia sudah mabuk berat karena aku dengar suaranya sudah seperti pendekar mabuk dan terdengar sesekali dia muntah. Payah banget. Akhirnya pak Rido juga pamit pulang. Tinggal Heri dan suamiku yang masih ada di teras rumah.
Kemudian terlihat Heri membopong suamiku yang sudah kepayahan tidak bisa lagi jalan lagi untuk masuk ke dalam rumah. Aku kemudian menutup pintu depan. Dani benar-benar teler.
“Lisna kesempatan nih kita ngentot di depan Dani..”
“Ih kamu nekad deh. Jangan ah. Bahaya tau...”
“Gapapa dia udah teler berat gitu paling kalau dia lihat dia pikir sedang mimpi.”
“Gimana ya..?”
Kemudian terlihat Heri membopong suamiku yang sudah kepayahan tidak bisa lagi jalan lagi untuk masuk ke dalam rumah. Aku kemudian menutup pintu depan. Dani benar-benar teler. Heri memapah tubuh suamiku yang mabuk berat ke sofa, setelah itu dia merebahkan tubuh Dani di sana.
“Lisna kesempatan nih kita ngentot di depan Dani..”
“Ih kamu nekad deh. Jangan ah. Bahaya tau...”
“Gapapa dia udah teler berat gitu paling kalau dia lihat dia pikir sedang mimpi.”
“Gimana ya..?”
Heri tidak memberi kesempatan bagiku untuk berpikir. Selingkuhanku itu kemudian menelanjangiku dan menelanjangi dirinya sendiri. Setelah itu dia menarik tubuhku hingga berada dipangkuannya, dengan posisi ini tangan Heri lebih leluasa untuk bermain di susuku, kedua tangannya dengan penuh nafsu meremas-remas kedua bukit kembarku, mulutnyapun ikutan beraksi, kedua putting susuku bergiliran dijilati dan dikulum serta dihisap-hisap olehnya. Aksi Heri ini dilakukan didepan Dani yang entah masih tersisa kesadarannya atau tidak. Aku jadi sangat terangsang dengan kondisi ini. Aku jadi pasrah untuk disetubuhi Heri didepan suamiku. Memekku yang basah segera dimasuki kontol besar Heri yang sudah sangat keras. Setelah masuk dengan sempurnan perlahan-lahan aku mulai menaikturunkan pinggulku di atas pangkuan Heri. Aku menatap wajah Dani yang tergeletak mabuk di atas sofa dalam keadaan memek yang sudah tertusuk kontol Heri. Gesekan-gesekan kontol Heri didinding memekku membuat birahiku memuncak dengan cepat.
“Ouuughhh….Heriiiii……hiisaaaapppp….tteeeteeekkku…. .ooughhhh…yyaaachhh….begitu… aaaghhhh… kontolmu enak sekaaaliii…” Aku mengerang sambil mempercepat gerakan naik turunku.
“Oh Lisna aku ngentot kamu di depan suamimu oh. Lihat kontol kecilnya itu...owh..oeh.”
“Iya eh...Daniiii sayang mamah minta izin di entot Heri …yaachhhh…..” Aku meracau..
“Hmmhhh…ssslllrpppp…..hhmmmmhh….…..aaaagghhhhh., …….lihat Dani kontol aku bikin puas memek isterimuuuu...owhhhh” Heri meracau kemudian kembali menghisap-hisap payudaraku sambil kugoyang dengan goyangan memekku.
“Sleeppp…..blesss…sleeppp….bleesss….slleeepppp….ble essss….. “kontol Heri terlihat keluar masuk dalam lubang memekkku dengan cepatnya, karena pinggulku naik turun dengan cepat.
Aku betul-betul menikmati persetubuhan gila ini, Ngentot di depan suamiku. Gerakkanku semakin cepat dan semakin tak beraturan, lenguhan-lenguhan kenikmatan kami berduapun semakin kerap terdengar tidak peduli apa Dani akan tersadar oleh itu atau tidak. Aku dan Heri menikmati persetubuhan ini dengan kesadaran sepenuhnya bahwa ada Dani didepan kami. Meski begitu kami sudah tidak peduli lagi karena dalam pikiran kami hanya satu bagaimana mencapai kepuasan persetubuhan ini.
“Ouughhh…Heriiiiii……akkuuuu….mauuuuu,……keellluuaaarr……oooohhhhh….aaagghh. enak sekali memekku di entot kontol kamu."
Aku mengerang saat merasa akan mencapai puncak kenikmatanku.
Sementara itu Heri kelihatannya akan mencapai puncak kenikmatannya, Heri kemudian membantuku memompa memekku dari bawah untuk mencapai puncak kenikmatanku. Dengan memegang pinggulku Heri membantu gerakan naik turunku dengan cepat.
“Ouuughhhhh…Lisnaaa….aaakkkuuuu jugaaa…mau kelluaaaarrr…..aaaagghhhhhh….. memek kamuuuu… enaaakkk sekaaalliiiii……ooougghhhh….Daniiii…lihat aku entotin isteri kamuuuuu.” Heripun mengerang merasakan puncak orgasmenya yang sudah diujung kepala kontollnya.
Dia mencabut kemaluannya itu dan bangkit lalu
Creeetttt….creeeettt….sssrrr…..ccreeettt…….. Astaga dia menyemprotkan air maninya ke wajah Dani. Gila sekali selingkuhanku ini.
kontol Heri menyemprotkan airmaninya dengan deras ke wajah suamkiu. berbarengan dengan memek Aku menyemprotkan lahar kenikmatannya. Aku lemas tak berdaya menyaksikan ulah Heri saat orgasme.
“Gila kamu sayang...”
“Gapapa Lis dia gak sadar.”
Segera aku mengelap wajah Dani yang berlumuran cairan sperma Heri dengan pakaianku. Nampaknya dia memang sudah tertidur dalam mabuknya.
Bersambung.

ليست هناك تعليقات for "𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟖"
إرسال تعليق