𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟔

Dokter Hans sudah bangun dan selesai mandi. Dia mengajak aku jalan-jalan di menikmati susana malam di Bali. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Aku sudah mengenakan pakaian yang biasa kukenakan kalau keluar jalan-jalan.

“Sayang ganti ya bajunya pakai yang ini yang aku sudah siapkan buat kamu pakai di Bali ini.”

“ Wah baju apa itu ..?”

“Nih pakai ya demi aku..”

Dokter Hans memberikan sebuah tas yang sepertinya berisi pakaian mahal. Aku membuka isinya benar saja. Sebuah gaun yang entah kapan dokter Hans membelinya.

“Coba di pakai sayang.”

“Ih masak aku pakai baju kayak gini sih?”

“Iya sayang aku pengen lihat kamu pakai baju sexy.”
“Tapi ...”

Singkat cerita setelah berdebat sana- sini akhirnya aku luluh juga. Terpaksa aku menggunakan pakaian yang sudah disiapkan oleh kekasihku ini. Sejenis tanktop dengan pasangannya celana jeans ketat. Aku deg-degan juga. Karena biasanya aku pakai busana tertutup lengkap dengan jilbab kali ini pakai pakaian yang sexy. Meski awalnya enggan, akhirnya aku mau juga. Toh ini di tempat yang jauh dari orang-orang yang kenal aku. Mulanya aku berjalan keluar kamar hotel dengan agak canggung. Tapi setelah lewat lobby dan keluar hotel menunggu taxy aku jadi makin percaya diri.

Sepanjang jalan yang kami lalui suasananya ramai sekali. Banyak orang yang berhilir-mudik. Dentuman musik dari kafe di sepanjang jalan riuh terdengar. Terlihat pula banyak wisatawan yang sedang menikmati makanan dan minuman sambil duduk santai. Kami menuju ke arah pantai Kuta yang tadi sempat kami kunjungi.

Kami turun di sebuah Mall. Di bagian belakang Mall ini terhubung langsung dengan pantai sehingga sangat pas untuk menikmati pesona malam pantai Kuta. Saat berjalan menuju ke bagian itu aku menikmati keadaan saat ada lellaki yang menatapku dengan tatapan layaknya orang yang sedang terpesona. Aku sangat bangga dengan hal itu. Akhirnya sampai juga dibagian belakang Mall. Di sana ada cafe dan area umum serta tempat duduk yang bisa aku dan dokter Hans gunakan untuk menikmati malam yang sejuk dan santai. Kami masuk ke sebuah cafe dan menikmati malam di sana.

****

Aku sedang tiduran sambil mengenang indahnya momen kebersamaanku dengan dokter Hans di pulau Bali beberapa bulan lalu. Proses perceraianku sudah berjalan dan di urus oleh pengacara hampir mendekati putusan. Walaupun Dani sendiri sudah bebas karena masa tahanannya telah berakhir, aku tetap pada pendirianku untuk menceraikan dia. Aku memang telah memutuskan untuk menikah dengan dokter Hans. Hanya satu saja persoalan yang masih mengganjal. Yakni soal keyakinan yang belum menemukan titik temu.Kalau tidak ada yang mengalah diantara kami maka pilihannya adalah tetap dengan keyakinan masing-masing tapi nikahnya harus diluar negeri. Mungkin itu jalan yang terbaik. Tapi aku tidak yakin kalau dokter Hans akan setuju. Karena dia sepertinya sangat kokoh ingin agar aku ikut keyakinannya. Apalgi nikah diluar b=negeri tentu ongkosnya besar. Tapi apapun itu yang terpenting kami sudah sepakat untuk menikah.

Saat pikiran sudah sampai di soal itu biasanya aku pusing. Tapi aku tidak bisa menghindari untuk tetap menikah dengan dokter Hans. Saat pulang dari Bali itulah aku menyadari bahwa aku telah telat haid. Aku memeriksa dengan menggunakan test pack hasilnya positif Hamil.

Aku sudah mengutarakan hal itu kepada dokter Hans dia sangat gembira dan mengajaku untuk tes lagi di dokter kandungan. Dan benar aku telah hamil muda. Kandunganku kini sudah masuk dua bulan. Aku harap-harap cemas dengan kehamilan diluar pernikahan seperti ini. Apalagi aku masih belum resmi cerai. Tapi dokter Hans telah berjanji akan menikahiku membuat aku sedikit lega.

“Tok...tok..tok..” Pintu kamar kosku diketuk.

“Assalamu alaikum...” Terdengar suara salam.

“Waalaikum salam.” Aku membuka pintu kamar kosku.

Aku terkejut di depan pintu berdiri Jamal. Tentu saja aku kaget karena tidak pernah berpikir bahwa Jamal akan bisa menemukan tempat kosku.

“Jamal...”

“Iya mbak bisa aku masuk?”

“Oh iya silahkan...”

Kamipun ngobrol dengan pintu kos aku biarkan terbuka. Aku tidak tahu bagaimana caranya Jamal menngetahui tempat kosku. Tapi aku salut dengan usaha dia yang tak kenal menyerah terhadapku.

“Gimana mba dengan janji mau memberiku kesempatan..”

“Gimana ya..?”

“Gimana apa mbak?”

“Masalahnya aku sedang hamil muda..”

“Owh....Tapi mbak gak bohong kan?”

“Iya mbak hamil dengan pacar mbak.”

“Oh...!”

“Maaf ya...”

“Hmmmm...”

Aku kasihan juga sama Jamal. Kupikir apa salahnya memberi dia kesempatan. Lagian aku memang agak berbeda dengan wanita lain. Aku tidak masalah bersetubuh saat hamil muda. Hasrat sexku bahkan meningkat saat usia kehamilanku seperti ini. Kalau wanita lain malah berkurang atau bahkan kehilangan nafsunya saat hamil muda. Tapi aku beda, buktinya aku masih melayani dokter Hans. Dia juga bilang kalau itu tidak masalah yang penting jangan terlalu berlebihan mainnya.

“Tapi kalau kamu mau main dengan wanita hamil gapapa sih..”

“Emang boleh ya?”

“Emang kamu mau sama wanita hamil?”

‘Kalau aman aku mau mbak.”

Aku segera menutup pintu kamar kosku. Jamal yang tidak sabar segera meloloskan pakaiannya sekaligus celana dalamnya. Mataku melihat kemaluannya yang menjulur bebas. Dengan tergesa-gesa tangan kiri Jamal pun meraba dari luar celana dalamku yang mulai basah. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan saling melumat. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada di daerah sensitifku pun sepertinya mulai aktif melorotkan celana dalamku, dan Jamal merasakan sentuhan bulu-bulu kemaluanku. Aku pun telah sukses mengeluarkan kontol Jamal yang lumayan. Ukurannya lebih besar dari milik Dani. Cukup keras maklum masih muda. Aku mengocok-ngocoknya perlahan. Jamal yang merasa penasaran ingin melihat kemaluanku, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluanku. Jamal terpesona melihat liang kemaluanku dengan bulu yang tertata rapih. Jamal pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.

"Achh.., achhh.. iya Malllll gitu akh..! Truuusss... shhhhh..!" Aku sudah tidak dapat mengontrol suaraku.
Aku mebaringkan tubuhku di ranjang. Tapi Jamal pun merubah posisi menjadi dia di bawah dan Aku di atas. Kami saling oral hingga aku orgasme.

"Jamal cukuppp ah..! Masukin sekarang ajaaa..!" pintaku .

Mendengar itu Jamal tidak langsung menuruti, tetapi Jamal tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaanku, kemudian menyedot klitorisku.
"Jamaaaaal.., pleaseeee...arghhhhhh..!" teriakku diikuti dengan melelehnya cairan yang cukup banyak dari liang memekku.
Jamal menjilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa. Sementara aku kembali mengulum kontol Jamal. Karena orgasmeku, kukulum kontol Jamal hingga akhirnya muncrat.
"Arghhhhh..!" Jamal berteriak karena kontolnya telah mencapai puncak kepuasan akibat kuhisap.

Tok..tok..tok..tok..

Sedang asiknya meresapi orgasme akibat saling oral aku dikagetkan dengan ketukan pintu. Ternyata pertempuran kami yang baru tahap foreplay itu harus terhenti. Apalagi orang itu terus mengetuk pintu.

“Siapa sih ganggu aja..”kataku kesal.

Aku segera memberi isyarat Jamal untuk diam. Aku segera mengintip lewat jendela kamar kos. Betapa kagetnya aku saat kulihat siapa yang ada di depan pintu kamar kos ku. Aku segera meminta dengan isyarat kepada Jamal untuk sembunyi di bawah kolong tempat tidur. Jamal dengan panik segera sembunyi di bawah kolong. Tidak lupa dia memungut pakaiannnya sambil memakai celananya dengan seadanya. Aku segera memakai daster tanpa mengenakan apa-apa di balik itu. Kemudian aku membuka pintu kamarku.

“Oh dok... maaf tadi sedang di kamar mandi.”

“Hmmmm...mana laki-laki itu?”


“Laki-laki ? maksud dokter?”

“Kamu gak usah pura-pura.”

Dokter Hans masuk dengan wajah penuh emosi.

“Ayo keluar pengecut.” Teriak dokter Hans.

Lelaki itu dengan beringas menendang ranjang. Aku sangat panik melihat kemarahan dokter Hans. Jamal keluar dari kolong ranjang. Dia sudah memakai celananya. Dokter Hans langsung menendang dan menerjang kearah Jamal. Kejadian setelah itu aku tak tahu lagi karena semua menjadi gelap. Aku pingsan.

***

Kejadian memalukan itu kembali terngiang dikepalaku. Aku memang sudah berusaha melupakannya. Dan sepertinya berhasil. Tapi saat ini ketika aku sedang duduk di depan penghulu bersama Jamal bayangan kejadian itu kembali datang. Mungkin karena aku terkesan atas sikap Jamal saat itu yang berani melawan dokter Hans. Juga keputusan Jamal yang mau berkorban segalanya untuk menerimaku apa adanya. Aku wanita yang lebih tua darinya, wanita yang suka berzinah, wanita yang hamil dengan lelaki lain tetap saja Jamal mau memperistriku.

Aku yang dicampakan dokter Hans di saat putusan ceraiku keluar. Di saat aku mengandung benihnya dengan rasa malu menghadapi dunia. Jamal datang laksana seorang pahlawan. Dia mengambil tanggungjawab atas kehamilanku. Dia mengaku kepada orang-orang bahwa dialah yang menghamiliku dan mau menikahiku sebagai pertangungjawabannya. Walaupun harus menghadapi sikap penolakan keluarganya.

Aku mulai menyongsong kehidupan baru bersama Jamal Lelaki yang jauh lebih muda dariku. Usianya baru mau 21 tahun. Dia berhenti kuliah dan menjalani hidup dengan menjadi driver taxi online. Karena dia telah di usir dari rumahnya oleh kedua orang tuanya.

Untunglah ada Dani dan Heri. Dani yang baru keluar dari tahanan ternyata bisa menerima putusanku menikah dengan Jamal. Dia malah mensuport aku bahkan memberi bantuan yang sangat berarti untuk pernikahanku. Awalnya Kupikir dia akan marah karena tawaran rujuknya kutolak. Demikian pula dengan Heri yang juga baru keluar dari tahanan juga ikut memberi semangat dan memberi juga bantuan yang sangat bermanfaat bagiku untuk membangun keluarga baruku.

Malam ini boleh dibilang malam pertamaku dengan Jamal. Karena sampai sejauh ini Jamal belum sempat menikmati tubuhku seutuhnya.

“Apakah kamu masih tertarik melihatku yang buncit ini?”

“Aku mencintaimu meski dalam keadaan bagaimanapun.”

“Hmmmm... !”

Jamal langsung menciumku. Aku membalas ciumannya. Bibirku dan bibirnya saling berpagutan. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha menggapai memekku, kubiarkan tangannya menyelusup masuk kedalam celanaku dan jarinya bermain disana. Jamal semakin beringas lalu menyedot puting susuku dan sesekali menjilati buah dadaku yang makin kencang karena sedang hamil.

“Yahh.. teruuss, enaakk..” kataku sambil menggelinjang.
Kemudian Jamal melebarkan kakiku dan ditekuk ke atas. Jamal semakin bernafsu melihat liang kewanitaanku yang merah mengkilat. Dengan rakus dijilatinya bibir kewanitaanku.

“Aaahh.. Ohh.. enaakk Malllllll.. Yaakh.. teruuss..” Kemudian lidahnya dijulurkan ke dalam dan ditelannya dengan rakus cairan memekku. Sekitar bulu kemaluanku juga tak luput dari daerah jamahan lidah Jamal. Klirotisku makin merah merekah, menambah gairahnya untuk menyetubuhiku.

“Sudaahh Jamaaaaaal.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan.. aja kontol kamu..” pintaku.

Tanpa buang waktu lagi aku mengangkangkan kedua kakiiku sehingga liang memekku menganga kemerahan. Kemudian Jamal mengarahkan batang kontolnya ke lubang senggamaku dan tanpa kesulitan kontol Jamal melesak masuk kedalam memekku.

“Ashhhh ya Jamaallll terus ... ahh..”

Jamal dengan penuh nafsu akhirnya berhasil memasukan kontolnya dalam memek yang dia idamkan selama ini. Dengan rakus dia memompa batang kemaluannya hingga makin cepat.

“Oughh.. Ahh.. Ahh.. Ahh..” Aku merintih perlahan.

“Ouuhh sayang.. aku mau kelu.. aarhh..” Jamal menjerit sambil mendesakkan kontolnya yang tidak begitu besar sedalam yang dia mampu.

“Seerr.. serr..” ada cairan hangat yang membasahi liang memekku yang sedang tertanam di kontol Jamal. Lelaki itu ssudah mengalami orgasme padahal aku masih belum apa-apa. Jamal kemudian menarik lepas batang kontolnya dari kemaluanku.

Setelah dia istirahat sejenak kontol Jamal bisa kembali berdiri. Maklum masih muda. Aku yang belum mendapat orgasme tentu senang melihat itu. Kemudian aku memintanya untuk doggy style. Dia kemudian memompaku dari belakang. Perlahan-lahan dimasukkannya lagi batang kontolnya.

“Sleep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu Jamal mulai menggenjot maju mundur.

Aku menggoyangkan pinggulku mengimbangi gerakan batang kontol Jamal.

“oh ahhh...ashhhh.” Rintihku saat Jamal mempercepat gerakannya.

“.. Aahh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehh..”

Jamal semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan. Tangannya menggapai buah dadaku yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutku yang membuncit. Buah dadaku diremas-remas oleh Jamal sambil memilin putingnya. Akhirnya aku bisa mendapatkan orgasmeku bersamaan dengan Jamal mendapatkan orgasme lagi.

“Creett.. croott.. serr..” spermanya menyemprot di dalam rahimku bersamaan dengan cairan kepuasan yang keluar dari memekku
Kemudian kami ambruk bersamaan di ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Jamal dengan wajah penuh keringat tersenyum puas kepadaku.
“Terima kasih sayang, aku sangat puas dengan memek kamu,” ujar Jamal.

Bersambung

Tidak ada komentar untuk "𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐈𝐛𝐮 𝐑𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 (𝐋𝐈𝐒𝐍𝐀) 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟔"