𝐌𝐲 𝐒𝐥𝐮𝐭𝐭𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐀𝐧𝐧𝐚𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐀 𝐂𝐮𝐜𝐤𝐨𝐥𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 (𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟎)

FINALE PARTY​
“Pake Anna sepuas kalian.”

Frasa itu yang terlontar dari lisan jalang Annastasia, seraya para laki-laki itu sibuk untuk menzinahi istriku yang saat ini sedang dimabuk berahi.

Sosok bugil Tania hanya dihampiri oleh Jose, disambutnya lelaki bertubuh atletis itu dengan senyuman penuh berahi. Dipagutnya lekat-lekat tubuh pria yang langsung melumat bibir Indah kekasih Dhika ini.

Annastasia terlihat amat bahagia, ketika Dhika, Nofan, Aldo, Leo, dan Bandi tampak bersabar untuk menunggu giliran berzinah dengan kedua liang yang haus akan kenikmatan berahi dari kejantanan mereka.

“Buntingiiin Anastasia Nadia, pleaseeeee,” lenguh Annastasia.

Dengan terkekeh, Bandi pun berbaring di sebelah Annastasi, “tunjukkin ke kita dong Anna, kalo memek lo pantes nerima peju kita.”

Dengan sigap, Annastasia berada di atas tubuh Bandi. Ia langsung mengarahkan kejantanan Bandi yang hitam dan keras itu untuk membelah liang sanggamanya.

“Uuuuugh! Lonteeeeeh emang Annastasia Nadia ini!” Bandi melenguh ketika kepala pelirnya sudah menelusup ke dalam liang kenikmatan istriku.

“Aaah! Kontoooolmu emaaaang juaraaaaa!” Annastasia terus melenguh, seraya ia menekan-nekan sendiri pinggulnya untuk melahap habis pelir hitam Bandi.

“Bego banget Alfa, bininya pengen peler malah coli aja di sana.”

Bandi mencemoohku dengan hinaannya, tetapi ia memang tiada bersalah. Aku justru menikmati ketika laki-laki sekelas Bandi, bisa berzinah dengan perempuan sekaliber Annastasia.

Seperti langit dan bumi.

“Aaaah! Titiiiit kamu enaaaaakh!” Annastasia melenguh seraya lubang kencingnya sudah benar-benar merekah dan menenggelamkan pelir Bandi dalam samudera syahwatnya.

Bandi hanya terkekeh tatkala kedua tangan haram dan hitamnya meremas gemas sepasang payudara indah berukuran 36L yang begitu besar itu. Dan setiap cengkeraman kasar Bandi langsung memancurkan air dari kelenjar susu Annastasia.

“Susumu emang enak Annastasia,” Bandi lalu meneguk cairan itu dengan menekan lekat-lekat kedua putingnya.

“Iseeeeph Bannnh!” Annastasia melenguh.

“Tenang sayang, gue akan isep susu lo sampe kisut tetek lo,” ujar Bandi, dan ia kembali melancarkan hisapan dan sapuan liar di puting Annastasia.

Cplaak! Cplaak! Cplaak!

Seraya Bandi meneguk lezatnya air susu Annastasia, wanitaku malah berasyik-masyuk mengeluarmasukkan pelir Bandi dengan menggerakkan pinggulnya.

Begitu lincah, hingga dengan jelas aku bisa melihat pelir hitam Bandi keluar masuk dengan begitu cepat.

Aldo dan Leo yang tiada bersabar menunggu, akhirnya beranjak dari posisinya, menawarkan dua batang kenikmatan untuk dilumat oleh bibir indah Annastasia.

Dengan bertumbu pada tubuh Bandi yang masih sibuk dengan payudaranya, Annastasia menggenggam kedua kejantanan itu dengan sepasang tangan lembut.

Jemarinya begitu lincah mengocok pelir mereka. Seraya mulutnya bergantian melumat kedua kejatanan mereka dengan syahwat yang begitu menggelegar.

“Gilaaa!” Leo melenguh, “mesin seka beneran lo Annastasia!”

“Gak ada duanya emang, anjiiiiiiing!” Aldo menambahkan.

Kedua insan yang dimabuk impuls dari tangan dan mulut Annastasia hanya bisa menjambak rambut indah istriku, bergantian.

Sesekali mereka menarik paksa rambut Annastasia untuk menuntaskan nafsu bejat mereka yang sudah mendidih di ujung saraf mereka.

“Anaaaaalh jugaaaah doooongh!” Annastasia melenguh, menunggu datangnya pelir di liang kenikmatan keduanya.

Tanpa basa-basi, Dhika yang sedari tadi menunggu ritme persanggamaan ini langsung mengarahkan pelirnya ke liang anus Annastasia.

Tatkala Annastasia sibuk meladeni empat pejantan yang begitu bernafsu menyelesaikan hajat mereka, Tania hanya bermain dengan Jose. Ia tampak ragu ketika tahu Jose tiada bersunat.

“Kenapa beibh?” Jose bertanya seraya menahan tungkai Tania, “takut hamil sama cowok kafir?”

“Udah entot aja dia bro,” ujar Dhika yang mulai menembus pertahanan anus Annastasia, “cewek kayak dia mah pantes dibuntingin sama siapapun.”

Jose terkekeh mendengar afirmasi dari Dhika yang begitu santainya mengizinkan kekasihnya disetubuhi oleh laki-laki lainnya.

Tania masih memandang ngeri ke arah Jose, namum laki-laki tampak tidak peduli. Beberapa kali wanita ini memberontak untuk mencegah Jose mengarahkan pelirnya.

Nahas pula bagi Tania, dan dengan satu tikaman kuat, kejantanan Jose pun terbenam seluruhnya di liang sanggama Tania.

Wanita itu sedikit terhentak ketika pelir Jose sudah menjajah sempurna lubang kencingnya yang terlihat merekah, ikhlas menerima kejantanan laki-laki asing.

“Aaaah! Enaaaaaaakh!” Tania melenguh.

“Lo bakalan gue bikin bunting beibh.”

Nofan tampak masih bersabar menunggu liang sanggama Annastasia yang sedang sibuk bercengkrama bersama dengan kejantanan Bandi.

“Bro, ini lo masukin peler lo di memeknya dia aja,” ujar Jose yang saat itu masih membiasakan pelirnya di dalam liang sanggama Tania.

Wanita itu masih memberontak, tiada lisan hanya pandangan nanar, yang seolah menjadi jembatan antara nikmat bersanggama dan pedih diperkosa pada saat yang bersamaan.

Namun sepasang bibirnya terbuka, dadanya yang naik turun seolah menyuratkan betapa kenikmatan itu ia teguk tatkala kejantanan tiada bersunat Jose mulai betah di dalam sana.

Cplaak! Cplaak! Cplaak!

“Aaah! Aaah! Enaaaakh jugaaaah! Aaah!” Tania melenguh, menikmati tikaman berahi Jose yang semakin liar keluar masuk di liang sanggamanya.

“Hmmmph! Hmmmph! Hmmmmph!” Annastasia tidak kalah galak, lenguhannya yang tertahan pelir Aldo begitu menyuratkan betapa ia menikmatinya.

Simfoni persanggamaan mengalun indah, melantunkan bait-bait kenikmatan yang teruntai penuh syahwat dari kelima manusia penuh dosa itu.

Annastasia masih begitu antusias, tubuh indahnya penuh peluh akibat perzinahan panas yang ia lakukan di depan mata kepala suami sahnya yang lagi-lagi hanya bisa mengusap penuh nafsu kejantanannya.

Ah luar biasa.

Aku benar-benar menikmati saat ketiga liang Annastasia dijajah habis oleh kejantanan mereka, tiada ampun sedikitpun bagi sosok Annastasia.

Sementara Nofan, yang sedari tadi masih sabar menunggu akhirnya tiada bisa menahan gejolak berahi yang begitu meletup; diarahkannya kejantanan yang tertimbun berahi ke mulut Tania. Tanpa penolakan, wanita itu langsung melahap pelir Aldo.

Kini, ia bergabung bersama Tania, membangun spit roast di sebelah tubuh Annastasia yang tengah di gang bang.

Cplaak! Cplaak! Cplaak!

“Hmmmph! Hmmmmph! Hmmmmmph!” tubuh Annastasia tampak bergetar, tikaman pelir Dhika dan Bandi tampak begitu intens menjajah kedua liang kenikmatannya yang merekah.

Semakin lama, Annastasia menggelinjang semakin hebat. Seraya tubuhnya terus menerus bergetar, tangan kasar Aldo tampak lebih brutal menjambak rambut indah Annastasia.

Seraya syahwat itu terkonstelasi, Bandi yang sedari tadi tampak menikmati kelezatan berzinah dengan lubang kencing Annastasia pun menghentakkan pelirnya begitu kencang, membenamkan seluruhnya di dalam liang sanggama istriku.

“Lonteeeeeeeeeeeeeeeeeeh!” Bandi melenguh, menikmati ledakan benih cinta yang pasti langsung mengalir bahagia, menggenangi rahim Annastasia.

Annastasia kali ini menyambut dengan suka cita kedatangan miliaran sel sperma dari lubang kencing Bandi yang melesat, merebut takhta di sel telurnya.

Tubuh Annastasia terus menggelinjang, bergetar begitu hebat, ia bahkan tampak tidak bisa mengendalikan gerakan pinggulnya yang seirama dengan tarian berahi ketiga laki-laki tersebut.

“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmph!” lenguhan Annastasia tertahan oleh pelir Aldo yang masih betah berada di mulutnya.

Diledakkannya kelezatan berzinah itu oleh istriku dari impuls yang dihasilkan dari denyutan pelir Bandi yang sedang berbahagia saat menyemburkan benih cintanya.

“Ada yang mau gantian Gak, hamilin bininya Alfa?” Bandi terkekeh seraya ia melepaskan pelirnya.

“Gue dulu lah,” ujar Aldo yang langsung melepaskan pelirnya dari mulut Annastasia.

“Gue nungguin dulu aja,” ujar Leo lagi, seraya ia memilih untuk menjauhi tubuh Annastasia dua-tiga-meter dari perimeternya.

Sleeeeeeeeeeeeeeeeeph!

“Aaah!” Annastasia melenguh, seraya Bandi dan Aldo melepaskan kejantanan haram mereka dari kotak pembuangan sperma mereka masing-masing.

“Hamiliiinhh Annaaaah! Aaah! Aaah!” Annastasia terus melenguh, tikaman pelir Dhika di liang kenikmatan lainnya tampak belum ada tanda-tanda dituntaskan.

Sementara Aldo yang masih menyimpan hajat di kejantanannya langsung mengubah posisinya. Layaknya jawi ditarik keluan, tubuh Annastasia yang terbudakkan oleh syahwat langsung mengikuti kemana pelir kegemarannya berada.

Annastasia kembali berada di posisi sandwich, hanya saja kali ini ia menghadap ke atas, Dhika masih betah berlama-lama menghujani liang anus Annastasia.

Sementara Aldo sudah bersiap, ia mulai mencumbu lubang kencing Annastasia yang masih melelehkan benih cinta Bandi.

Dan terjadi lagi.

Butuh beberapa kali tikaman kuat, hingga liang sanggama Annastasia melahap sempurna kejantanan Aldo, diiringi dengan simfoni di antara mereka berdua.

Wajah merah padam Annastasia terlihat begitu bahagia. Senyuman penuh kenikmatan terus teruntai tatkala kedua keponakannya mulai menggerakkan pinggulnya.

Meneguk lezatnya dua liang kenikmatan Annastasia yang sudah tiada lagi berharga. Ia adalah iblis jalang, kesempurnaan tubuh indahnya hanya retorika dari ketidakmampuan raga untuk mendulang syahwat.

Harga dirinya sebagai wanita sudah tiada lagi. Kini ia hanyalah objek pemuas dahaga berahi para laki-laki yang selama ini memang sudah bernafsu untuk menggaulinya.

Aku tidak memungkiri, sosok Annastasia adalah betina yang begitu sempurna untuk dijadikan ibu dari anak-anakku. Itulah mengapa aku memilih Annastasia ketimbang perempuan manapun yang pernah kujajah hati dan liang sanggamanya dengan kenikmatan.

Cplaak! Cplaak! Cplaak!s

“Aaah! Aaaah! Enaaaaakh! Entooooth! Aaaaah!” Annastasia meracau ketika Dhika mulai mempercepat gerakan pinggulnya.

Tubuh sempurna Annastasia didekap begitu erat dari bawah, sementara Aldo di atasnya masih sibuk bermain dengan sepasang payudara besar Annastasia yang begitu menggemaskan ketika tubuhnya bergoyang.

Sesekali air susunya terlihat mengalir, meleleh tatkala siksaan itu ia terima bertubi-tubi, menghantarkan jiwanya yang telah mati untuk menikmati kelezatan berzinah oleh laki-laki yang bukan suaminya.

Kedua wanita ini sudah tiada memiliki harga diri. Liang sanggama mereka adalah bukan milik mereka lagi.

Ironis, tubuh mereka selalu tertutup hijab panjang, melindungi pandangan syahwat para pejantan yang sudah bisa menilai seberapa besar syawhat terkonstelasi di tubuh mereka.

Saat ini, keduanya benar-benar sudah lebih murah ketimbang penjaja tubuh yang memberikan tarif ketika laki-laki ingin menikmatinya. Dan mereka membiarkan para pejantan itu untuk meneguk kelezatan liang sanggama mereka dengan percuma.

“Hmmmmmph! Hmmmmmph! Hmmmmmph!”

Tania pun terus digempur kenikmatan. Ketiganya masih terus malntunkan simfoni persanggamaan terus terokestrasi dengan suara desahan Annastasia yang sedang melayani dua keponakannya.

Sementara aku hanya bisa terus melihat mereka semua bergerumul dengan kenikmatan, tanpa ada niatan sedikitpun untuk bergabung, meskipun syahwat terus bergelora di sekujur kejantananku.

“Annaaah sukaaa zinaaaah!” lenguh Annastasia ketika kedua keponakannya masih terus sibuk menuntaskan berahi mereka.

“Hmmmmph! Hmmmmph!” lenguhan Tania masih terus terbungkam, sejurus tubuh indahnya langsung bergetar tatkala Jose masih sibuk mengeluarmasukkan pelirnya di lubang kencing wanita ini.

Tubuh Tania semakin tiada terkendali. Ia menggelinjang begitu hebat, seraya terus menerus menahan gempuran Jose yang seolah tidak lelah menjajah liang sanggamanya.

“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmph!” lenguhan Tania langsung terbungkam oleh kejantanan Nofan yang menjejali tiap milimeter lisannya.

“Udah nyampe aja, lonte?” Jose terkekeh, “tapi gue gak minat buang peju ke memek lo.”

Sleeeeeeeeeeeeeeeph!

Jose lalu melepaskan kejantanan tiada bersunatnya dari lubang kencing Tania, membawa serta cairan persangamaan yang menjejali tiap milimeter pelirnya.

Leo yang sedari tadi hanya menonton Annastasia akhirnya menggantikan posisi Jose. Dengan terkekeh, laki-laki itu langsung menggenggam lekuk pinggul Tania.

Dengan satu hunusan pelan, liang sanggama Tania kembali dijajah oleh pelir tiada bersunat lainnya yang juga haus akan belaian mesra otot kewanitaan, siap untuk meledakkan benih cintanya.

“Aaaassh!” Leo melenguh saat menikmati liang sanggama Tania yang saat itu masih sedikit berontak ketika satu pelir tiada bersunat menjajah lubang kencingnya yang langsung merekah.

“Jujur,” ujar Leo terkekeh, “memek lo rasanya enak.”

“Tapi enakan memek bininya Alfa.”

Tanpa basa-basi, Leo langsung mengeluarmasukkan pelirnya di dalam liang sanggama Tania yang akhirnya ikhlas sudah dizinahi oleh Leo.

Sementara aku, lagi-lagi hanya bisa beronani melihat seluruh kegiatan mereka yang begitu membangkitkan syahwatku lagi dan lagi.

Cplaak! Cplaak! Cplaak!

Tubuh Annastasia begitu cepat merespons tikaman pelir Dhika dan Aldo, kedua keponakannya, yang langsung menggelinjang lagi begitu hebat.

“Aaah! Aaah! Sukaaa zinaaah! Annastasiaaah suka zinaaah!”

Annastasia terus meracau, menikmati siksaan dari Aldo yang berasyik-masyuk mengeluarkanmasukkan kejantannya di liang sangama istriku.

Saat tubuh Annastasia sudah berangsung bergetar hebat, nahas, pelir Aldo tampaknya sudah kepayahan, ia menekan kuat-kuat pinggulnya seraya mendekap erat tubuh istriku.

“Lonteeeeeeh looo Anaaaaaa!”

Aldo begitu menikmati ledakan berahinya, ia terus menekan pinggul ke arah liang sanggama Annastasia yang pasrah menerima lagi benih cinta laki-laki lain.

Entah berapa banyak benih cinta yang menggenang di dalam rahim Annastasia semejak kemarin malam, membayangkannya saja sudah membuat aku begitu bahagia sudah bisa membagi kelezatan itu kepada laki-laki lain.

Sementara Annastasia yang urung menggapai fasa kegemarannya langsung bereaksi. Wajah merah padamnya terus memandang nanar ke arah Aldo yang berada di atasnya.

“Aaah! Lagiiih! Aaaah! Annaah mauh puncaaaakh!”

Sleeeeeeeeeph!

Aldo melepas kejantanannya yang sudah lunglai karena ulah liang sanggama istriku yang sudah menyiksanya barusan. Wajah penuh kemenangan sukar diindahkan dari sorot matanya kepadaku.

Bandi dan Aldo bergabung bersama, duduk di sofa dengan pelir mereka yang sudah kepayahan, ikut menikmati sajian penuh berahi di depan mereka.

“Eweeeeh!” leguh Annastasia, ketika melihat pelir Jose masih tegak menantang, sementara Dhika masih terus betah berlama-lama membenamkan pelirnya di anus Annastasia.

Sleeeeeeeeeeeeph!

“Gue gak tahaan Anaaah!” lenguh Dhika, ia pun melepaskan kejantanannya, dan bergegas ke kamar mandi.

“Looh! Kooookh!” Annastasia hanya bisa melenguh tatkala ditinggal satu-satunya sosok yang sedang berzinah dengannya saat ini.

“Nungging aja, lonte,” ujar Jose, “nanti biar kita gilir memek lo buat dipejuin.”

“Bukannya emang lo pengen dibuntingin kan?” Bandi menyahut dari tempatnya saat ini.

Deg! Deg! Deg!

Entah apa yang merasuki sadarku. Frasa yang terlontar dari mereka seolah kembali membakarku dengan api cemburu.

Bagaimana tidak, mendengar frasa tentang membuahi sel telur Annastasia yang saat ini sedang dalam masa suburnya. Sementara tubuh wanitaku benar-benar telah dikuasai oleh syahwat yang tiada terkendali.

Bagaimana jika Annastasia benar-benar sampai hamil karena persanggamaan gila ini?

Apa mungkin aku bisa merawat anak yang bukan darah dagingku?

Semua pikiran itu berkecamuk di dalam kepalaku, terus terngiang-ngiang, meneriakkan segenap lezat dan pedih yang terdistorsi dalam satu titik.

Meletupkan sebuah emosi yang memuncak, antara berahi dan benci, saling mendesak dalam sebuah kesimpulan fana yang justru kunikmati. Melihat tubuh istriku yang tiada berdaya. mulai dijamah lagi oleh Jose.

Aku hanya mematung, melangsungkan kegiatan memalukan seraya Jose mulai berzinah lagi dengan Annastasia; ia menungging seperti anjing yang sedang dalam masa kawin, mengumbar kemaluannya yang sudah tiada tahan untuk segera dijajah oleh kejatanan manapun yang berada di perimeternya.

Tentu saja, Dhika, Aldo, Nofan, Jose, Leo, dan Bandi sudah bersiap. Meledakkan syahwat mereka di liang sanggama Annastasia yang begitu bangga dizinahi.

“You’re first class whore, Anna!” lenguh Jose setelah beberapa tikaman kuat, yang berakhir dengan tenggelamnya kejantanannya di dalam lubang kencing istriku yang merekah.

“Aaah! Fuuuuckh meeh haaardh!”

Kuanggukkan kepalaku pelan, “saya restuin istri saya, Annastasia Nadie buat dihamilin sama laki-laki lain.”

*****​

Kejadian demi kejadian penuh kelezatan mengalun di antara mereka. Adalah benar, mereka menuntaskan berahinya di antara kedua liang Annastasia dan Tania.

Namun nahas, tiada seorangpun yang berhasrat untuk meledakkan benih cinta mereka di liang sanggama Tania.

Tania hanya dimanjakan dengan orgasme demi orgasme yang membuatnya kelelahan, akhirnya terkulai lemas di sebelah tubuh Annastasia yang masih saja meungging, menerima hujanan berahi mereka yang seolah tiada terputus.

“Aah! Aaah! Gateeeeeeelh!” lenguh Annastasia ketika tiada lagi kejantanan yang sanggup melayani kebinalannya malam ini.

“Paaah!” lenguhnya seraya memandang ke arahku, “memek mamaah masih gatel dalemnyaa.”

Akhirnya, setelah aku hanya menikmati sajian perzinahan antara keenam pria yang sudah tiada berdaya lagi menggilir Annastasia; aku suami sahnya menghampiri tubuh penuh dosa istriku.

Cairan benih cinta keenam pejantan haram itu terus meleleh dari liang sanggama Annastasia yang memerah.

Ia bahkan masih mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, berharap sang empunya, kunci berahi yang selalu ia elukan, menjamah liang kenikmatan yang sudah bernoda ini.

Kuarahkan kejantananku yang masih begitu perkasa ke liang sanggamanya. Keenam pejantan yang sudah tiada berdaya hanya bisa memandang ke arah Annastasia, memuji sekaligus mencemooh betapa jalangnya wanitaku.

Sleeeeeeeeeeeeph!

Sleeeeeeeeeeeeeeeph!

Sleeeeeeeeeeeeeeeeeeeph!

“Aaah! Enaaaakh!”

Annastasia melenguh seraya tubuhnya benar-benar bergetar. Respons liang sanggamanya masih selalu sama, begitu memanjakan tiap milimeter kejantananku yang langsung begitu bahagia disambut oleh tuan rumah.

Rasanya begitu luar biasa.

Lezatnya liang sanggama Annastasia bercampur dengan pekatnya benih cinta keenam laki-laki yang sudah berzinah dengannya seolah membuat sebuah sensasi baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Rasanya begitu penuh, begitu licin, sekaligus tetap memanjakan kejantananku dengan segenap kenikmatan yang tidak pernah berubah.

Cplook! Cplook! Cplook!

Simfoni persanggamaan ini begitu merdu, distorsi antara rasa cinta dan benci yang terpadu dalam satu titik seolah langsung direspons oleh impuls, diterima Annastasia dengan begitu cepat.

Tubuhnya langsung bergetar hebat, menggelinjang tidak karuan seraya pinggulku terus menerus menjajah liang kenikmatannya yang masih bisa memanjakanku meskipun sudah dizinahi puluhan kali malam ini.

“Enaaakh! Aaaah! Gateeeelh! Aaaah!” Annastasia meracau, menikmati tikaman kejantananku.

“Teruuuush! Aaah! Aaah! Aaaah!”

Cplook! Cplook! Cplook!

Kupercepat gerakan pinggulku, seraya segenap rasa lezat itu langsung merundung kejantananku, menjanjikan sebuah ledakan syahwat yang lebih dahsyat ketimbang sebelumnya.

Sejalan dengan tubuh Annastasia yang terus mengejang, dan nikmat yang terus menerus terekskalasi di kejantananku, tampaknya Annastasia akan segera menyerah dengan tikaman pelirku.

“Aaah! Teruuuush! Lonteeeh Anaaah! Gateeeelh!”

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”

Annastasia mengejang sangat dahsyat, tubuhnya bergetar sangat hebat. Tiada pernah aku merasakan ini sebelumnya, pijatan liang sanggamanya bahkan terasa sangat ketat menahan kejantananku yang akhirnya juga menyerah.

Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!

Creeeeeeeeeeeeeeeeeet!

Creeeeeeeeeeet!

Creeeeeet!

Benih cintaku akhirnya bersarang di rahim istriku, bergabung dengan miliaran sel sperma laki-laki lain yang sudah terlebih dahulu menggenangi rahimnya.

Ia terus bergetar, sangat cepat, sangat dahsyat. Bahkan ia terus menggerakkan lagi pinggulnya sendiri, begitu tidak beraturan.

“Tooth! Entoooth! Weeh! Eweeeh! Annah sukaa tooth entooth! Weeh! Eweeeh!”

“Hahahahaha!”

Ia meracau lalu tertawa, seolah sudah hilang seluruh sadar itu, hanya menyisakan nafsu jalang yang terus menerus menggerakkan tubuhnya.

Liar.

Sangat liar.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”

Orgasme kembali meledak, ia menekan pinggulnya lebih kencang ke arahku, seraya menggelinjang dahsyat, menikmati seluruh puncak syahwatnya.

Begitu panjang, hingga suaranya habis seraya teriakannya pun berhenti.

Sleeeeeeeeeph!

Bruuugh!

Kejantananku langsung terlepas, seraya ambruknya tubuh sintal Annastasia di depanku. Liang sanggamanya terus melelehkan benih cinta yang bercampur dengan kencingnya.

Matanya terlihat kosong dengan mulut yang menganga, seraya lidahnya menjulur, seolah ia baru merengkuh sebuah kenikmatan yang selama ini ia cari.

“Makasiiih Paaaah,” desahnya pelan, “Mamaaah puaaaash.

Tidak ada komentar untuk "𝐌𝐲 𝐒𝐥𝐮𝐭𝐭𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐀𝐧𝐧𝐚𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐀 𝐂𝐮𝐜𝐤𝐨𝐥𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 (𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟎)"