𝐌𝐲 𝐒𝐥𝐮𝐭𝐭𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐀𝐧𝐧𝐚𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐀 𝐂𝐮𝐜𝐤𝐨𝐥𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 (𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏)
DISCLAIMER
Cerita ini diangkat dari kisah yang saya alami sendiri. Apabila ada yang mengetahui diri saya dan atau karakter lain secara personal, mohon cukup DM saja tanpa harus membuka identitas saya di thread ini.Apabila ditemukan adanya postingan yang menyatakan hal tersebut, saya akan menutup permanen thread ini.Terima kasih atas kerjasamanya.
Memiliki istri yang cantik, sintal, binal, penurut, dan setia adalah idaman semua kaum adam di muka bumi ini. Menemukannya adalah hal yang amat langka, bagaikan mencari butiran permata di antara triliunan pasir pantai yang membentang luas, namun hal itu tampak mudah bagiku. Keindahan fisiknya terharmonisasi di antara mahligai penuh gairah dan berahi yang menyatakan keparipurnaan syahwat dalam tiap-tiap desah napas yang tercipta.
Wanita itu Annastasia, istriku.
Bidadari tanpa sayap yang telah kukenal sejak 2006, merupakan sosok sempurna yang menjadi benchmark bagaimana mendefinisikan sebuah bentuk kesempurnaan yang mungkin tidak akan pernah habis walaupun kugunakan seluruh tinta yang ada di Gaia ini untuk menulisnya.
Ia cantik, rambut panjang bergelombang yang kecokelatannya sering dibiarkan tergerai di antara indahnya sorot mata cokelat yang acapkali tertutup oleh poni panjangnya yang membuatnya selalu tampak cantik dalam keadaan apapun.
Ia indah, payudara 36L kebanggaannya menambah indah bentuk tubuh jam pasirnya yang begitu menggairahkan, menggoda seluruh syahwatku apabila ia mengenakan dasternya yang begitu pendek.
Ia nikmat, vaginanya begitu bersih mulus tanpa rambut kemaluan, berwarna kemerahan dan selalu mudah basah, membuatnya begitu lezat dinikmati. Pijatan otot kewanitaannya bahkan dapat memanjakan penisku yang selalu betah berlama-lama mengarungi lautan nafsunya yang tiada pernah berujung.
Ia sempurna, seluruh keindahan itu dibalut oleh kulit putihnya yang begitu bercahaya, berbaur dengan harum vanila dari tubuhnya yang menyebarkan sari-sari gairah yang tidak pernah bisa ditolak oleh indra, di antara cantik manis senyumannya.
Ia suci, menjaga tubuhnya untuk tidak dinikmati laki-laki asing dengan mengenakan hijab besar dan baju yang longgar. Ia bahkan begitu protektif dan cenderung tidak ramah kepada orang asing yang kadang masih memperhatikan keindahannya.
Meskipun ia adalah sosok binal yang selalu memamerkan keindahan tubuhnya kepada orang yang ia percaya. Meskipun aku membatasinya, namun ia selalu memiliki cara untuk menikmati pujian orang lain.
Dan, hal itu yang selalu menggangguku.
Seluruh kesempurnaan itu ternoda oleh lisan-lisan liarnya ketika liang sanggamanya ditikam oleh kejantananku yang seolah tidak pernah bosan berasyik-masyuk menikmati gravitasinya yang makin menguat seiring usianya semakin bertambah.
Episode 1 - The Request
September 2019
“Beeeb! Ah! Ah!” lenguh Annastasia ketika aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style.
“Mama pengeeeen thresomeee lagi!” Annastasia kembali meracau seraya tubuhnya terus bergoyang ketikan hujaman kejantananku semakin mantap keluar masuk di liang sanggamanya yang sangat rapat.
Aku tidak pernah menggubris semua ajakan liarnya. Terlebih setelah kelahiran anak kedua kami, syahwat yang terkonstelasi hebat di tubuh wanita ini semakin menjadi-jadi. Seolah mengutarakan segenap keinginannya untuk terus disetubuhi oleh laki-laki lain selain diriku.
“Mamaaaa pengen gangbang lagi Beeeb!” Annastasia kembali melenguh seraya jemariku terus menggenggam erat pinggulnya yang membuatku semakin bernafsu untuk melampiaskan seluruh syahwat berbalut cemburu yang berasal dari lisan nakalnya.
Annastasia terus mendesah, melenguh dan meracau ketika kedua bongkah pantat indahnya kuremas. Sesekali kubiarkan ia untuk bebas menggerakkan tubuhnya. Sangat liar rasanya melihat tubuh sintal itu terus-menerus mengulangi gerakan rekursif seraya liang sanggamanya terus terasa ketat, mencekik tiap milimeter kejantananku yang masih ingin berlama-lama menikmati belaian otot vaginanya lagi, lagi, lagi, lagi, dan lagi.
Sejurus, desahannya makin kuat seraya genggaman jemari tangan hitamku yang terlihat kontras di atas sepasang bokong indah berkulit putih mulus yang masih kuremas dengan gemas. Kuhunuskan kejantananku semakin cepat dan mantap.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!” Annastasia berteriak seraya tubuhnya menggelinjang begitu hebat, menekan-nekan ke arahku begitu kuat sejurus remasan dan pijatan liang sanggamanya terasa amat dahsyat menyiksa penis perkasa yang masih belum menyemburkan muatan mani ini.
Tubuh sintalnya gemetar untuk sepuluh-dua-puluh-detik sebelum akhirnya segala tumpuannya melemah, meninggalkan liang sanggama berdenyutnya yang masih haus akan tikaman penis beruratku. Ia benar-benar sudah tidak sanggup menahan tubuhnya, hanya pinggulnya diangkat tinggi. Bagian tubuh tersakralnya dibiarkan menungging, memamerkan pantat indahnya, sungguh begitu menggoda syahwat yang masih belum tuntas ini.
Kugenggam lekuk pinggang wanita ini, seraya mengubah posisi tubuh untuk menikam liang sanggamanya yang masih berdenyut, meminta untuk jatah ledakan orgasme untuk yang ketigabelas kalinya pagi ini.
“Enaaak Beeb! Entoooot memek Mama terus.”
“Biarin budak nafsu Papa dihukum soalnya udah nakal.”
Ia terus meracau, seraya gerakan pinggulku semakin cepat, menyiksanya dengan segenap berahi yang begitu memuncak di ujung saraf syahwatku.
Sleep! Sleep! Cplak! Cplak!
Suara persetubuhan yang dihasilkan dari distorsi cairan pelumas liang sanggama Annastasia, dipadu dengan gerakan cepat kejantananku yang keluar masuk, menjajah tiap milimeter ototnya; dan juga suara kulit sepasang bongkah pantatnya, beradu dengan kulit panggulku yang saling berkeringat membuat sebuah simfoni berahi yang begitu sempurna.
“Ini buat memek nakal Mama,” lenguhku seraya kutekan penisku dalam-dalam di liang sanggamanya.
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Tubuh lunglai Annastasia bereaksi hebat seraya pinggulnya menekan begitu hebat dan kuat, menyesuaikan harmoni ejakulasi yang terjadi.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Ledakan mani panas dari ujung kejantananku disambut bahagia dengan getaran hebat tubuh Annastasia yang juga mencapai puncak kenikmatan hubungan seksual, orgasme.
Tubuhnya terus bergetar, menggelinjang seraya mendesah manja saat hujan syahwat mendekap seluruh kalbunya dengan kenikmatan perayaan cinta yang selalu menghiasi pernikahan kami.
“Makasih sayaaang,” lenguh Annastasia, “Mama puas banget pagi ini,” ujarnya saat kejantananku masih betah berlama-lama di liang sanggamanya.
“Sama-sama Mama,” ujarku seraya membelai lembut rambutnya dari belakang sini.
“Terusin aja make memek lonte ini, Beb,” ujar Annastasia, menggoda syahwatku yang masih belum tuntas.
Kuhela napas panjang, “udah Mama, udah setengah jam lebih, Papa ke Neta aja.”
Sleeeep!
Ah! Bahkan saat penisku ditarik keluar dari cengkeraman liang sanggamanya, kenikmatan itu masih menjalar ke seluruh berahiku.
“Gak perlu ke Neta,” ujar Annastasia, ia lalu membelai penisku dengan jemari mungilnya, “Mama mau manja-manjaan dulu sama Papa.”
Kuanggukkan kepala pelan, “yaudah sayang.”
Ia lalu mengubah posisinya, seraya bibir merah muda langsung melahap lekas-lekas penisku yang masih berlumuran sperma dan cairan cintanya. Semakin membuat kejantanan yang masih ereksi ini terlena, sejalan ia melepasnya dan merebahkan kepalanya di pahaku.
“Papa,” panggil Annastasia, masih dengan segala pesona dan keindahan yang ia miliki.
“Emang Papa gak pernah mikir buat sharing badan Mama lagi kayak dulu kah?”
Deg!
Sungguh bukan sebuah pertanyaan yang kuharapkan muncul dari lisan indah Annastasia yang saat ini sedang bermanja. Jemarinya bahkan begitu lincah menari di sekujur kejantananku yang langsung bereaksi cepat dengan rangsangan yang ia berikan.
“Sebenernya Papa udah gak pengen mikir ke sana,” ujarku pelan, “tapi abis lahiran kedua kayaknya Mama pengen banget zinah sama laki-laki lain.”
“Gak puas kah sama Papa?” tanyaku pelan seraya kubelai manja rambut indahnya.
“Mama puas banget sama Papa,” ujarnya pelan, “tapi Mama pengen banget seenggaknya threesome.”
“Sama Dhika,” ujarnya lagi.
Deg!
Sulit kujelaskan hubungan seksual kami yang sangat aneh. Dhika adalah keponakan jauhnya yang pernah dan sering menemani Annastasia di saat aku tidak berada di rumah. Dan ia meminta Dhika untuk menyetubuhinya di depanku, sungguh pergolakan di hatiku semakin menjadi-jadi, membara begitu dahsyat.
Entah mau kujawab apa pertanyaan wanitaku barusan. Sorot mata binalnya seolah segera meminta afirmasi dariku agar bisa mendapat akses legal perzinahan yang sungguh terlarang bagi kami.
“Gimana Beb?” Annastasia lalu mengubah posisinya, “threesome sama Dhika ya?”
“Kenapa Dhika?” tanyaku singkat.
Ia tersenyum, “Kan Mama udah sering ditemenin juga sama dia kalo Papa gak ada.”
Deg!
Sesak rasanya mendengar lisan yang merupakan fakta antara dirinya dan Dhika. Sungguh memang aku yang alpa untuk mengizinkan Dhika mengakses perimeter terdekat Annastasia saat aku ke luar kota. Namun tidak pernah sekalipun ada pengakuan dari laki-laki itu tentang perzinahan.
“Dia make memek Mama juga?” tanyaku, sungguh takut rasanya aku mendengar jawaban jujur dari Annastasia saat ini.
Annastasia tidak mengatakan apapun, ia lalu mengarahkan bibir lembutnya untuk membelai manja kejantananku. Tarian lidahnya di sekujur kepala penisku terasa amat sangat nikmat, dibarengi dengan hisapan yang semakin kuat menyiksaku dalam kenikmatan syahwat.
Ia lalu melepas belaian bibir merah mudanya, “Mama pengen kayak Kak Nina,” ujarnya pelan, “mau nyobain rasanya jadi pecun, lonte, pelacur, perek.”
“Lagian, Mama cuma pernah saling jilat memek sama kontol doang bareng Dhika.”
“Mama cuma pengen spit roast kok Papa.”
Deg!
Entah mengapa rasa cemburu itu seolah langsung menjalar ketubuhku, mengalirkan segenap syahwat yang terpacu seraya detak jantung yang semakin cepat.
Di satu sisi, aku cemburu.
Namun di sisi lain, aku juga penasaran, bagaiamana rasanya menyetubuhi Annastasia saat ada laki-laki lain yang tengah ia puaskan juga syahwatnya.
Hening.
Tiada jawaban dari lisanku, dan tidak ada pertanyaan lagi dari Annastasia, kecuali senyuman yang mengembang begktu lebar, seraya memamerkan tubuh indahnya di antara senyuman binal dan juga mahligai yang begitu indah.
Annastasia.
Ia lalu meneruskan kuluman dan hisapannya di atas kejantananku. Tarian lidahnya terus bergerak lincah di sekeliling penisku yang begitu kencang ereksi ini. Jemari tangannya meremas-remas buah zakarku dengan begitu lihai, mengumpulkan segenap berahi yang langsung terkonstelasi begitu cepat.
Annastasia amat sangat jarang melakukan oral seks kepadaku. Ia adalah wanita egois dalam hal seks, untuknya seks harus dinikmati bersama, bukan hanya satu orang saja. Dan kali ini Annastasia melanggar janjinya, ia tampak begitu menikmati kejantananku yang tampak kebesaran di bibirnya yang kecil.
Hisapan yang dipadukan dengan tarian lidahnya dan juga remasan manja tangannya di buah zakarku sontak membuat semua hasrat ini langsung terkumpul cepat di batang kenikmatanku. Suara gumamannya terdengar begitu manja, eksotis, dan seksi, mengaduk-aduk seluruh berahiku hingga tak terasa mani ini sudah mau melesat dari ujung lubang kencingku.
Seketika ia melepas kulumannya saat penisku menegang, siap meledakkan muatannya di dalam mulut istriku. Ia mengubah posisinya, membelakangiku
“Anggap ini persetujuan dari Papa,” ujar Annastasia, seraya menempelkan bibir liang sanggamanya di atas kejantananku yang keras.
“Kalo Papa setuju Mama boleh threesome, pake memek Mama tapi jangan biarin Mama puncak.”
Sleeep!
“Beeeeebhh,” lenguh Annastasia.
Kuraih lekuk pinggulnya dari posisi reverse cowgirl ini.
Kuhunuskan kepala penisku yang sudah berdenyut ini menembus liang sanggamanya, sungguh aku sudah menikahinya sejak 2012 dan sampai sekarang vaginanya masih begitu rapat. Segenap berahiku sudah terlanjur terbangun, kejantananku bahkan terasa sangat geli saat baru kepalanya yang menjajah liang sanggama halal milikku.
Sleeep!
“Beeeeebh! Aaah!”
Sleeep!
“Aaah! Aaaaaaah!”
Sleeeeeeeep!
“Beeeeebh!”
Tiga kali tikaman kuat tanpa ampun kulancarkan untuk menggempur liang sanggamanya yang begitu sempit. Napasku begitu terburu tatkala pijatan vagina Annastasia langsung menyiksa kejantananku yang sudah tidak sabar menyemburkan lagi muatannya.
Sleeep! Sleeep! Sleeep!
Kutikam seluruh liang sanggamanya dengan kejantananku yang semakin lama semakin tidak tahan untuk meledakkan nafsu berahi yang akhirnya takluk dalam siksaan nikmat dari vagina istriku beberapa puluh detik ini.
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
“Aaaaaah!” Annastasia melenguh, “makasih sayaaaang.”
*****
Entah mungkin iblis memenangkan segala pergolakan akbar di dalam hatiku. Segenap bayang-bayang kegiatan threesome yang dirancang Annastasia seolah kusetujui dengan hadirnya Dhika di ruangan ini.
Aku duduk bersebelahan dengan Dhika di sofa, sementara Annastasia memilih menonton televisi di atas ranjang yang mungkin akan menjadi saksi bisu perzinahannya dengan keponakannya sendiri sesaat lagi.
Wajah cantiknya terlihat memerah saat ia memandangku. Entah sepertinya aku tidak melihat ada keraguan sedikitpun terpancar dari sorot mata indah Annastasia yang terus menyunggingkan senyum ke arahku.
Hari ini, sesuai janjiku kepadanya, kami berada di salah kamar satu hotel favoritnya di Bandung. Annastasia sudah bersiap dengan kaus dan celana pendeknya. Ia bahkan tampak begitu santai ketika Dhika sering kali menelan ludahnya melihat keindahan tubuh Annastasia.
“Kamu kayak baru pertama liat Tante begitu Dhik,” ujarku ringan, ia hanya tersenyum tanpa sepatah frasa pun terlontar dari lisannya.
“Udah Isya’ dari tadi masih pada bengong deh,” ujar Annastasia, mengibaskan rambutnya seraya memandang ke arahku.
“Mama yakin?” tanyaku pelan.
Ia tersenyum, “Papa kan pernah izinin Mama begitu dulu sama Sani pas awal nikah.”
“Sama aja kan.”
Annastasia langsung beraksi, ia beranjak dari ranjang dan berdiri satu meter di depan kami.
Matanya dipenuhi dengan syahwat yang tampak begitu hebat di antara sorot mata binal dan senyuman yang liar. Sejurus ia lalu melepas bajunya, perlahan namun pasti, kembali memamerkan keindahan tubuhnya ke arah kami.
Aroma vanila di tubuhnya langsung menusuk ke indraku, membangkitkan segenap syahwat yang begitu dahsyat. Ia tersenyum ke arahku, ekor matanya lalu mengarah ke Dhika sebelum akhirnya ia lalu menurunkan celana pendeknya di depan kami.
Deg!
Sungguh berahiku langsung membucah, kejantananku langsung bereaksi, mengisi seluruh jaringannya aliran syahwat. Menikmati dekapan cemburu yang mengalir hebat saat Annastasia malah menghampiri Dhika dan melucuti boksernya dengan cepat.
Ini adalah kali pertama aku melihat Annastasia menghampiri laki-laki lain di depan mataku setelah terakhir kami melakukan swinger bersama Raya dan Sani namun tidak seintens ini rasanya. Gejolak cemburu justru malah menyerang kejantananku untuk bereaksi lebih cepat.
Ah! Perasaan apa ini?
Mengapa aku malah menikmati pemandangan saat Annastasia dengan sigap menggoda Dhika, menarikan jemarinya begitu lincah di atas kejantanannya yang terlihat lebih putih dari milikku?
Mengapa aku malah semakin bernafsu melihat tubuh indah Istriku bermain berahi dengan laki-laki lain?
“Tan … Ah,” Dhika melenguh, napasnya terlihat terburu, “Tante Annaaa.”
Ia tampak tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang berasal dari kocokan jemari Annastasia di atas penisnya yang mengacung tidak kalah hebatnya dari penisku sekarang. Mata Annastasia langsung tertuju ke arahku yang masih menyembunyikan penis kebangganku di dalam celana pendek ini.
Sejurus tangan kirinya sibuk mengocok penis Dhika, tangan kanannya gemulai menurunkan celana pendekku yang langsung melepas monster berahi yang berdenyut begitu hebat saat jemari tangan kanan Annastasia mulai menari di atas kejantananku.
Posisiku yang bersebelahan dengan Dhika memungkinkan Annastasia untuk mengocok kejantanan kami bersamaan. Tangannya sangat lihat mengontrol penis kami dengan gerakan rekursif yang terharmonisasi dengan baik. Sementara ia terus melempar senyum bergantian kr arah kami.
Sungguh aku begitu cemburu melihat jemari mungil Annastasia menggenggam penis lain dengan begitu lazimnya. Ia bahkan terus melihat ke arah penis Dhika sampai akhirnya sepasang bibir merah muda Annastasia menenggelamkan penis Dhika di dalamnya, menyisakan tangan kanannya tetap mengocok kejantananku.
“Tante … Aaah!” Dhika melenguh ketika Annastasia mulai menggerakkan kepalanya, merangsang kejantanan Dhika yang saat ini hilang dilumat oleh Istriku.
Entahlah. Entahlah. Entahlah.
Mengapa justru aku diam?
Mengapa justru aku menikmati ini?
Berahiku bahkan terasa lebih dahsyat ketimbang sebelummya. Seolah nafsu sudah menguasai segenap akal sadarku, mengembalikan sisi kebinatanganku seperti jaman dahulu. Sungguh aku menikmati pemandangan yang kulihat saat ini.
Wanita sintal berwajah cantik, berambut panjang gelombang yang saat ini berasyik-masyuk menikmati kejantanan laki-laki lain di depan suami sahnya. Ia adalah Annastasia.
“Papa gak tahan Beb,” ujarku lalu melepas tangannya.
Aku langsung menuju ke belakangnya, mengarahkan kejantananku yang terasa sangat geli ini untuk masuk ke sarang favoritnya, liang sanggama Annastasia yang sudah terasa basah saat kepala penisku mencium mesra bibir vaginanya.
Annastasia masih sibuk mengulum penis Dhika seraya kepalanya masih naik turun, sementara Dhika hanya terpejam dengan wajah yang sangat merah seraya mulutnya sedikit terbuka, menikmati rangsangan mulut Tantenya sendiri di penisnya.
Sleeep!
“Hmmmph! Hmmmmph!”
Sleeep!
“Hmmmmmmmmph!”
Sleeep!
“Hmmmmmmmmmph! Hmmmmmmmmmmph!”
Sleeep!
“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmph!”
Sleeep!
“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmph!”
“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmph!”
Lima kali tikaman kuat kulancarkan, liang sanggamanya memang sudah sangat basah, namun otot vaginanya masih begitu rapat, sehingga meninggalkan sensasi yang begitu luar biasa ketika aku mengakui istri pada saat apapun.
“Hmmph! Hmmmmph! Hmmmmmmph!”
Annastasia terus bergumam saat penisku sudah sukses menjajah setiap milimeter liang sanggamanya dengan begitu perkasa ini. Kepalanya masih konstan bergerak merangsang penis Dhika. Laki-laki itu bahkan menggenggam kepala Istriku, perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya, mensinkronkan gerakan kepala Annastasia.
Kurang ajar!
Rasanya begitu bernafsu namun aku cemburu!
Kugenggam kuat-kuat lekuk pinggul Annastasia yang saat ini sedang dalam posisi rukuk, kepalanya bertumpu pada penis Dhika yang saat ini duduk di sofa, menikmati rangsangan mulut Tantenya yang tidak lain adalah istriku.
Cleep! Cleep! Cleep! Cleep! Cleep!
Cplaak! Cplaak! Cplaak! Cplaak! Cplaak!
Suara persanggamaan halalku terdistorsi dengan perzinahan haram mulut Istriku dengan penis keponakannya. Menimbulkan harmoni berahi yang begitu pekat tatkala gerakan Dhika semakin cepat menistakan mulut Annastasia dengan begitu bejatnya.
“Maafin aku Oom,” lenguh Dhika, “akuu gak tahaaan.”
“Gak apa-apa Dhik,” ujarku, napasku juga tidak beraturan, “Annastasia yang mau kok.”
Aku pun semakin bersemangat menikam kuat-kuat kejantananku di liang sanggama Annastasia yang saat ini terasa semakin ketat saat pinggulku semakin kencang menggempurnya tanpa ampun malam ini.
Tubuh Annastasia bergetar begitu hebat seraya gerakan pinggulku dan pinggul Dhika tampak bertemu di satu titik, tubuh Annastasia yang menjadi bulan-bulan syahwat kami berdua.
“Aku crotin mulutnya Tante Annaaa yaa Om Alfaaa,” lenguh Dhika, gerakan pinggulnya makin cepat lalu seketika menekan kuat-kuat ke kepala Annastasia yang saat ini digenggamnya.
Tubuh Annastasia tampak terhentak seraya lututnya terlihat gemetar, dibarengi dengan gerakan rekursif tidak beraturan yang akhirnya berakhir saat ia mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya, sementara liang sanggamanya terasa semakin mencekik penisku lebih kuat.
“Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpppppph!”
Annastasia mengguman seraya tubuhnya bergetar hebat, ia sudah mencapai orgasme pertamanya. Meninggalkan rasa nikmat yang terasa begitu menjalar ketika mani ini terasa akan meledak sebentar lagi.
Cplaaak! Cplaaak! Cplaaak!
Seraya Annastasia masih menikmati orgasmenya, dan Dhika pun masih terpejam mungkin juga menikmati semburan maninya di mulut istri kesayanganku, penis ini pun bergetar begitu hebat.
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeeeeeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Creeeeeet!
Mani ini pun meledak dahsyat, menyembur begitu nikmat dan lezat tatkala cairan panas itu melintasi lubang kencingku, melesat jauh ke dalam rahim Annastasia yang saat ini kuhentakkan kuat-kuat.
Aku bersumpah, rasa ejakulasi kali ini begitu hebat, luar biasa nikmat meskipun begitu cepat. Tidak kusangka aku malah menikmati saat istriku merangsang laki-laki lain yang saat ini ada di depanku.
Sleeeeep!
Kulepas penisku dari liang sanggama Annastasia, sejurus maniku yang banyak dan kental mengalir deras, keluar menyesaki liang sanggamanya yang begitu sempit. Penisku masih mengacung begitu kencang, terlebih saat aku masih melihat mulut istriku masih membenamkan kejantanan Dhika dalam-dalam.
Sejurus ia melepaskannya, dan tersenyum ke arahku dengan sisa sperma laki-laki lain yang ada di bibirnya, “enak banget Paaapaa.”
“Memek Mama tapi masih gatel,” ujarnya lalu berjalan ke arah ranjang yang berada di seberangku.
Ia lalu merebahkan dirinya, membuka lebar-lebar tungkainya yang begitu putih bersih, seraya memamerkan vagina putih mulus tanpa rambutnya kepada kami. Lelehan maniku bahkan masih menetes, mengalir perlahan dari liang sanggama kemerahannya yang terlihat sangat menggoda.
“Papa,” panggil Annastasia, “boleh Mama dientot Dhika?”
Deg!
Rasa cemburu itu langsung mengalir di sekujur tubuh ini, namun entah mengapa tatkala aku merasakan dekap bara yang menyulut emosi yang terkonstelasi di dadaku, justru semakin membuat kejantananku terasa begitu dahsyat menerjemahkan berahi yang tiada terputus.
Dhika masih terus memperhatikan tubuh bugil istriku yang tampak pasrah dengan membuka lebar-lebar sepasang paha montoknya. Kejantanan Dhika bahkan masih terlihat keras, mengacung seraya denyutannya terlihat jelas menyiratkan nafsu binatang yang tersimpan.
Pemuda itu lalu bergerak tanpa afirmasi dari lisanku, mendekati tubuh Annastasia yang sudah pasrah dizinahi oleh keponakannya sendiri. Sementara aku hanya terdiam, menyaksikan tubuh atletis Dhika langsung berada di atas istriku.
Layaknya wanita jalang, alih-alih Annastasia menolak Dhika, ia malah menyambut pemuda itu dengan ciuman dan pelukan yang begitu hangat. Tangannya begitu liar memeluk tubuh Dhika yang saat itu tampak begitu bernafsu melumat sepasang bibir merah muda Annastasia.
Deg!
Mengapa aku menikmati ini?
Mengapa rasa cemburu itu seolah menjadi syahwat yang amat masif?
Mengapa aku malah membelai sendiri kejantananku dengan tangan, sementara ada liang sanggama halalku di sana yang tengah berasyik-masyuk beradu berahi bersama pemuda lain yang mendekap istriku?
Kunikmati pemandangan ini.
Kunikmati tiap milidetik yang berlalu ketika gumaman dan hela napas penuh dosa mereka saling berpagut.
Kunikmati saat Dhika terus mencumbu rakus lisan istriku, menyisakan suara desahan dan lenguhan yang mentranslasikan bentuk nafsu binatang mereka yang semakin menjadi-jadi.
Dhika menurunkan tubuhnya, kedua tangan kekarnya langsung dengan lincah menekan sepasang payudara 36L milik Annastasia ke tengah, mempertemukan kedua putingnya dan menghisapnya bersamaan.
“Aaaah!” Annastasia mendesah, menggelinjang begitu dahsyat saat mulut kotor Dhika melahap rakus puting cokelat mudanya.
Tubuh wanitaku langsung bergetar, seolah semua harga dirinya dikalahkan oleh syahwat terpedamnya selama ini. Tangan kirinya bahkan merespons dengan mengarahkan kejantanan Dhika ke liang sanggamanya yang masih dipenuhi dengan cairan maniku.
“Aah! Aah! Aah!” desah Annastasia, “ma … masukin … Dhik!”
Tanpa sadar, tanganku menggenggam kejantananku yang begitu keras ini. Kukocok perlahan penisku, mengikuti irama tubuh Annastasia yang menekan pinggulnya untuk dinistakam oleh penis Dhika yang tampak juga sudah tidak tahan menuntaskan hasrat berahinya yang semakin memuncak.
“Tekeen Dhiiiik,” lenguh Annastasia, “entotin aku di depan Om Alfa.”
Deg!
Sungguh lisan Annastasia malah menambah rasa nikmat saat aku beronani di depan sepasang tubuh manusia berdosa yang kubiarkan berzinah, saling menuntaskan hasrat binatang mereka yang semakin tak terbendung.
Dhika mulai melesatkan penisnya, membelah liang sanggama istriku yang langsung merespons hentakan pinggul pemuda itu dengan mengalungkan tungkai putuh bersihnya di pinggang Dhika.
“Aaaaah! Teruuuuuusshhh!” Annastasia melenguh seraya hentakan pinggul Dhika yang dibantu oleh pagutan sepasang kaki indah Annastasia terus merangsek untuk menjajah liang sanggamanya.
“Seempith Taaanth,” Dhika melenguh, tatkala penisnya baru berhasil membelah sedikit liang sanggama istriku.
Apa yang terjadi padaku?
Mengapa aku justru terus menggerakkan tanganku untuk beronani, menikmati tubuh istri yang paling kubanggakan untuk dizinahi laki-laki lain?
Tanganku terus merangsang kejantananku sendiri, masih ketika Dhika menghentakkan kuat-kuat pinggulnya untuk menodai harga diri Annastasia yang saat ini sudah didekap okah syahwatnya sendiri.
“Aaaaaaah!” Annastasia mendesah begitu menikmati perzinahan ini sementara aku hanya berdiri, melihat pelir Dhika semakin giat menistakan liang sanggama istriku.
Dan aku hanya beronani, tersenyum begitu puas menikmatinya. Menikmati detik-detik saat ablasa memenangkan pergolakan hatiku, membiarkan Annastasia dicumbu mesra oleh pemuda lain.

Tidak ada komentar untuk "𝐌𝐲 𝐒𝐥𝐮𝐭𝐭𝐲 𝐖𝐢𝐟𝐞 𝐀𝐧𝐧𝐚𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐀 𝐂𝐮𝐜𝐤𝐨𝐥𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 (𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏)"
Posting Komentar